pengen tau aja

Jumat, 16 Juli 2010

Habib Umar bin Hafidz

Habib Umar bin Hafidz
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz bin Syekh Abubakar
Lahir 27 Mei 1963 (umur 47)
Hadramaut

Kewarganegaraan yaman

Nama Panggilan : Habib Umar bin Hafidz
Pekerjaan : Da'i
Agama : Islam

Situs
Website Resmi

Beliau dilahirkan sebelum fajar hari senin, 4 Muharram 1383 H / 27 Mei 1963M di Kota Tarim. Di kota yang penuh berkah inilah beliau tumbuh dan menerima didikan agama serta menghafal kitab suci al-Quran dalam keluarga yang terkenal iman, ilmu dan akhlak yang luhur. Guru pertamanya sudah tentu ayahanda beliau yaitu Habib Muhammad bin Salim yang juga merupakan Mufti Kota Tarim al-Ghanna itu.
Daftar isi
• 1 Nasab
• 2 Biografi
• 3 Karya
• 4 Wasiat dan Nasihat
• 5 Rujukan

Nasab
Beliau adalah al-Habib ‘Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari Hafiz putera dari Abd-Allah putera dari Abi Bakr putera dari‘Aidarous putera dari al-Hussain putera dari al-Shaikh Abi Bakr putera dari Salim putera dari ‘Abd-Allah putera dari ‘Abd-al-Rahman putera dari ‘Abd-Allah putera dari al-Shaikh ‘Abd-al-Rahman al-Saqqaf putera dari Muhammad Maula al-Daweela putera dari ‘Ali putera dari ‘Alawi putera dari al-Faqih al-Muqaddam Muhammad putera dari ‘Ali putera dari Muhammad Sahib al-Mirbat putera dari ‘Ali Khali‘ Qasam putera dari ‘Alawi putera dari Muhammad putera dari ‘Alawi putera dari ‘Ubaidallah putera dari al-Imam al-Muhajir to Allah Ahmad putera dari ‘Isa putera dari Muhammad putera dari ‘Ali al-‘Uraidi putera dari Ja'far al-Sadiq putera dari Muhammad al-Baqir putera dari ‘Ali Zain al-‘Abidin putera dari Hussain sang cucu laki-laki, putera dari pasangan ‘Ali putera dari Abu Talib dan Fatimah al-Zahra puteri dari Rasul Muhammad s.a.w.
Biografi
Beliau terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Shaikh Abu Bakr bin Salim. Ayahnya adalah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidup mereka demi penyebaran agama Islam dan pengajaran Hukum Suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam. Beliau secara tragis diculik oleh kelompok komunis dan diperkirakan telah meninggal, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya. Demikian pula kedua kakek beliau, al-Habib Salim bin Hafiz dan al-Habib Hafiz bin Abd-Allah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama dan intelektual Muslim pada masanya. Allah seakan menyiapkan kondisi-kondisi yang sesuai bagi al-Habib ‘Umar dalam hal hubungannya dengan para intelektual muslim disekitarnya serta kemuliaan yang muncul dari keluarganya sendiri dan dari lingkungan serta masyarakat dimana ia dibesarkan.
Beliau telah mampu menghafal Al Qur’an pada usia yang sangat muda dan ia juga menghafal berbagai teks inti dalam fiqh, hadith, Bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang dipegang teguh oleh begitu banyaknya ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan al-Shaikh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribat, Tarim yang terkenal itu. Maka beliau pun mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya yang meninggal syahid, al-Habib Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta dan perhatiannya yang mendalam pada da'wah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan dengan cara Allah s.w.t. Ayahnya begitu memperhatikan sang ‘Umar kecil yang selalu berada di sisi ayahnya di dalam lingkaran ilmu dan dhikr.
Namun secara tragis, ketika al-Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk sholat Jum‘ah, ayahnya diculik oleh golongan komunis, dan sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahwa tanggung jawab untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang Da‘wah sama seperti seakan-akan syal sang ayah menjadi bendera yang diberikan padanya di masa kecil sebelum beliau mati syahid. Sejak itu, dengan sang bendera dikibarkannya tinggi-tinggi, ia memulai, secara bersemangat, perjalanan penuh perjuangan, mengumpulkan orang-orang, membentuk Majelis-majelis dan da’wah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang tua di mesjid-mesjid setempat dimana ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal Al Qur’an dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.
Ia sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga ia telah diberikan sesuatu yang khusus dari Allah meskipun usianya masih muda. Namun hal ini mulai mengakibatkan kekhawatiran akan keselamatannya dan akhirnya diputuskan beliau dikirim ke kota al-Bayda’ yang terletak di tempat yang disebut Yaman Utara yang menjadikannya jauh dari jangkauan mereka yang ingin mencelakai sang sayyid muda.
Disana dimulai babak penting baru dalam perkembangan beliau. Masuk sekolah Ribat di al-Bayda’ ia mulai belajar ilmu-ilmu tradisional dibawah bimbingan ahli dari yang Mulia al-Habib Muhammad bin ‘Abd-Allah al-Haddar, semoga Allah mengampuninya, dan juga dibawah bimbingan ulama mazhab Shafi‘i al-Habib Zain bin Sumait, semoga Allah melindunginya. Janji beliau terpenuhi ketika akhirnya ia ditunjuk sebagai seorang guru tak lama sesudahnya. Ia juga terus melanjutkan perjuangannya yang melelahkan dalam bidang Da‘wah.
Kali ini tempatnya adalah al-Bayda’ dan kota-kota serta desa-desa disekitarnya. Tiada satu pun yang terlewat dalam usahanya untuk mengenalkan kembali cinta kasih Allah dan Rasul-Nya s.a.w pada hati mereka seluruhnya. Kelas-kelas dan majelis didirikan, pengajaran dimulai dan orang-orang dibimbing. Usaha beliau yang demikian gigih menyebabkannya kekurangan tidur dan istirahat mulai menunjukkan hasil yang besar bagi mereka tersentuh dengan ajarannya, terutama para pemuda yang sebelumnya telah terjerumus dalam kehidupan yang kosong dan dangkal, namun kini telah mengalami perubahan mendalam hingga mereka sadar bahwa hidup memiliki tujuan, mereka bangga dengan indentitas baru mereka sebagai orang Islam, mengenakan sorban/selendang Islam dan mulai memusatkan perhatian mereka untuk meraih sifat-sifat luhur dan mulia dari Sang Rasul Pesuruh Allah s.a.w.
Sejak saat itu, sekelompok besar orang-orang yang telah dipengaruhi beliau mulai berkumpul mengelilingi beliau dan membantunya dalam perjuangan da‘wah maupun keteguhan beliau dalam mengajar di berbagai kota besar maupun kecil di Yaman Utara. Pada masa ini, beliau mulai mengunjungi banyak kota-kota maupun masyarakat diseluruh Yaman, mulai dari kota Ta'iz di utara, untuk belajar ilmu dari mufti Ta‘iz al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang mulai menunjukkan pada beliau perhatian dan cinta yang besar sebagaimana ia mendapatkan perlakuan yang sama dari Shaikh al-Habib Muhammad al-Haddar sehingga ia memberikan puterinya untuk dinikahi setelah menyaksikan bahwa dalam diri beliau terdapat sifat-sifat kejujuran dan kepintaran yang agung.
Tak lama setelah itu, beliau melakukan perjalanan melelahkan demi melakukan ibadah Haji di Mekkah dan untuk mengunjungi makam Rasul s.a.w di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, beliau diberkahi kesempatan untuk mempelajari beberapa kitab dari para ulama terkenal disana, terutama dari al-Habib 'Abdul Qadir bin Ahmad al-Saqqaf yang menyaksikan bahwa di dalam diri ‘Umar muda, terdapat semangat pemuda yang penuh cinta kepada Allah dan Rasul-Nya s.a.w dan sungguh-sungguh tenggelam dalam penyebaran ilmu dan keadilan terhadap sesama umat manusia sehingga beliau dicintai al-Habib Abdul Qadir salah seorang guru besarnya. Begitu pula beliau diberkahi untuk menerima ilmu dan bimbingan dari kedua pilar keadilan di Hijaz, yakni al-Habib Ahmed Mashur al-Haddad dan al-Habib 'Attas al-Habashi.
Sejak itulah nama al-Habib Umar bin Hafiz mulai tersebar luas terutama dikarenakan kegigihan usaha beliau dalam menyerukan agama Islam dan memperbaharui ajaran-ajaran awal yang tradisional. Namun kepopuleran dan ketenaran yang besar ini tidak sedikitpun mengurangi usaha pengajaran beliau, bahkan sebaliknya, ini menjadikannya mendapatkan sumber tambahan dimana tujuan-tujuan mulia lainnya dapat dipertahankan. Tiada waktu yang terbuang sia-sia, setiap saat dipenuhi dengan mengingat Allah dalam berbagai manifestasinya, dan dalam berbagai situasi dan lokasi yang berbeda. Perhatiannya yang mendalam terhadap membangun keimanan terutama pada mereka yang berada didekatnya, telah menjadi salah satu dari perilaku beliau yang paling terlihat jelas sehingga membuat nama beliau tersebar luas bahkan hingga sampai ke Dunia Baru.
Negara Oman akan menjadi fase berikutnya dalam pergerakan menuju pembaharuan abad ke-15. Setelah menyambut baik undangan dari sekelompok Muslim yang memiliki hasrat dan keinginan menggebu untuk menerima manfaat dari ajarannya, beliau meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak kembali hingga beberapa tahun kemudian. Bibit-bibit pengajaran dan kemuliaan juga ditanamkan di kota Shihr di Yaman timur, kota pertama yang disinggahinya ketika kembali ke Hadramaut, Yaman. Disana ajaran-ajaran beliau mulai tertanam dan diabadikan dengan pembangunan Ribat al-Mustafa. Ini merupakan titik balik utama dan dapat memberi tanda lebih dari satu jalan, dalam hal melengkapi aspek teoritis dari usaha ini dan menciptakan bukti-bukti kongkrit yang dapat mewakili pengajaran-pengajaran di masa depan.
Kepulangannya ke Tarim menjadi tanda sebuah perubahan mendasar dari tahun-tahun yang ia habiskan untuk belajar, mengajar, membangun mental agamis orang-orang disekelilingnya, menyebarkan seruan dan menyerukan yang benar serta melarang yang salah. Dar-al-Mustafa menjadi hadiah beliau bagi dunia, dan di pesantren itu pulalah dunia diserukan. Dalam waktu yang dapat dikatakan demikian singkat, penduduk Tarim akan menyaksikan berkumpulnya pada murid dari berbagai daerah yang jauh bersatu di satu kota yang hampir terlupakan ketika masih dikuasai para pembangkang komunis. Murid-murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab lain dan negara bagian di Arab akan diawasi secara langsung oleh Habib Umar. Mereka ini akan menjadi perwakilan dan penerus dari apa yang kini telah menjadi perjuangan asli demi memperbaharui ajaran Islam tradisional di abad ke-15 setelah hari kebangkitan. Berdirinya berbagai institusi Islami serupa di Yaman dan di negara-negara lain dibawah manajemen al-Habib Umar akan menjadi sebuah tonggak utama dalam penyebaran Ilmu dan perilaku mulia serta menyediakan kesempatan bagi orang-orang awam yang kesempatan tersebut dahulunya telah dirampas dari mereka.
Habib ‘Umar kini tinggal di Tarim, Yaman dimana beliau mengawasi perkembangan di Dar al-Mustafa dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun dibawah manajemen beliau. Beliau masih memegang peran aktif dalam penyebaran agama Islam, sedemikian aktifnya sehingga beliau meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia demi melakukan kegiatan-kegiatan mulianya.
Karya
Disamping sebagai Da’i, Habib Umar juga penulis yang produktif. Karya-karyanya tidak sebatas ilmu Fiqih, beliau juga mengarang beberapa kitab tasawuf dan maulid. Kitab yang ditulis antara lain :
• Diyaul Lami ( Maulid Nabi Muhammad SAW )
• Dhakhira Musyarofah ( Fiqih )
• Muhtar Ahadits ( Hadits )
• Nurul Iman ( akidah )
• Durul Asas ( Nahwu )
• Khulasah Madani an-Nabawi ( zikir )
• Tsaghafatul Khatib ( pedoman Khutbah )
Wasiat dan Nasihat
• Penuhilah hatimu dengan kecintaan terhadap saudaramu niscaya akan menyempurnakan kekuranganmu dan mengangkat derajatmu di sisi Allah
• Barang siapa Semakin mengenal kepada Allah niscaya akan semakin takut.
• Barang siapa yang tidak mau duduk dengan orang beruntung, bagaimana mungkin ia akan beruntung dan barang siapa yang duduk dengan orang beruntung bagaimana mungkin ia tidak akan beruntung.
• Barang siapa menjadikan kematiaannya sebagai pertemuan dengan sang kekasih (Allah), maka kematian adalah hari raya baginya.
• Barang siapa percaya pada Risalah (terutusnya Rasulullah), maka ia akan mengabdi padanya. Dan barang siapa percaya pada risalah, maka ia akan menanggung (sabar) karenanya. Dan barang siapa yang membenarkan risalah, maka ia akan mengorbankan jiwa dan hartanya untuknya.
• Kedekatan seseorang dengan para nabi di hari kiamat menurut kadar perhatiannya terhadap dakwah ini.
• Betapa anehnya bumi, semuanya adalah pelajaran. Kukira tidak ada sejengkal tanah di muka bumi kecuali di situ ada ibrah (pelajaran) bagi orang yang berakal apabila mau mempelajarinya.
• Sebaik-baik nafsu adalah yang dilawan dan seburuk-buruk nafsu adalah yang diikuti.
• Tanpa menahan hawa nafsu maka manusia tidak akan sampai pada Tuhannya sama sekali dan kedekatan manusia terhadap Allah menurut kadar pembersihan jiwanya.
• Jikalau sebuah hati telah terbuka, maka akan mendapatkan apa yang diinginkan.
• Barang siapa yang mempunyai samudra ilmu kemudian kejatuhan setetes hawa nafsu, maka hawa nafsu itu akan merusak samudra tersebut.
• Sesaat dari saat-saat khidmat (pengabdian), lebih baik daripada melihat arsy dan seisinya seribu kali.
• Menyatunya seorang murid dengan gurunya merupakan permulaan di dalam menyatunya dengan Rasulullah SAW. Sedangkan menyatunya dengan Rasulullah SAW merupakan permulaan untuk fana pada Allah (lupa selain Allah)
• Manusia di setiap waktu senantiasa terdiri dari dua golongan, golongan yang diwajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas sujud dan golongan yang di wajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas keingkaran.
• Barang siapa yang menuntut keluhuran, maka tidak akan peduli terhadap pengorbanan.
• Sesungguhnya di dalam sujud terdapat hakikat yang apabila cahanya turun pada hati seorang hamba, maka hati tersebut akan sujud selama-lamanya dan tidak akan mengangkat dari sujudnya.
• Beliau RA berkata tentang dakwah, Yang wajib bagi kita yaitu harus menjadi da’i dan tidak harus menjadi qodli atau mufti (katakanlah wahai Muhammad SAW inilah jalanku, aku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang jelas aku dan pengikutku) apakah kita ikut padanya (Rasulullah) atau tidak ikut padanya? Arti dakwah adalah memindahkan manusia dari kejelekan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju ingat kepada Allah, dan dari keberpalingan kembali menuju kepada Allah, dan dari sifat yang buruk menuju sifat yang baik.
• Syetan itu mencari sahabat-sahabatnya dan Allah menjaga kekasih-kekasih-Nya.
• Apabila ibadah agung bagi seseorang maka ringanlah adat (kebiasaan) baginya dan apabila semakin agung nilai ibadah dalam hati seseorang maka akan keluarlah keagungan adat darinya.
• Bila benar keluarnya seseorang (di dalam berdakwah), maka ia akan naik ke derajat yang tinggi.
• Keluarkanlah rasa takut pada makhluk dari hatimu maka engkau akan tenang dengan rasa takut pada kholiq (pencipta) dan keluarkanlah berharap pada makhluk dari hatimu maka engkau akan merasakan kenikmatan dengan berharap pada Sang Kholiq.
• Banyak bergurau dan bercanda merupakan pertanda sepinya hati dari mengagungkan Allah dan tanda dari lemahnya iman.
• Hakikat tauhid adalah membaca Al Qur’an dengan merenungi artinya dan bangun malam.
• Tidak akan naik pada derajat yang tinggi kecuali dengan himmah (cita-cita yang kuat).
• Barang siapa memperhatikan waktu, maka ia akan selamat dari murka Allah.
• Salah satu dari penyebab turunnya bencana dan musibah adalah sedikitnya orang yang menangis di tengah malam.
• Orang yang selalu mempunyai hubungan dengan Allah, Allah akan memenuhi hatinya dengan rahmat di setiap waktu.

Wiro Sableng

Wiro Sableng atau Pendekar 212, adalah nama tokoh fiksi dalam seri buku yang ditulis oleh Bastian Tito. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana yang sejak bayi telah digembleng oleh gurunya yang tekenal di dunia persilatan dengan nama Sinto Gendeng. Wiro adalah seorang pendekar dengan senjata Kapak Maut Naga Geni 212 dan memiliki rajah "212" di dadanya. Wiro memiliki banyak kesaktian yang diperoleh selama petualangannya di dunia persilatan, dari berbagai guru.
Daftar isi
• 1 Senjata-senjata Wiro Sableng
o 1.1 Kapak Maut Naga Geni 212
o 1.2 Batu Hitam 212
o 1.3 Bintang 212
• 2 Beberapa kesaktian Wiro Sableng
o 2.1 Pukulan Harimau Dewa
o 2.2 Pukulan Sinar Matahari
o 2.3 Pukulan Angin Es
o 2.4 Pukulan Angin Puyuh
o 2.5 Pukulan Dewa topan menggusur gunung
o 2.6 Pukulan Benteng Topan melanda samudera
o 2.7 Pukulan Kunyuk melempar buah
o 2.8 Ilmu silat Orang Gila
o 2.9 Pukulan Dinding Angin Berhembus Tindih-Menindih
o 2.10 Ilmu Pedang Pendekar Pedang Akhirat
• 3 Daftar episode Wiro Sableng
• 4 Adaptasi
• 5 Hak Cipta
• 6 Pranala luar

Senjata-senjata Wiro Sableng
Kapak Maut Naga Geni 212
Senjata utama Wiro Sableng. Sebuah kapak besar bermata dua, dengan gagang berupa seruling dan ujung gagang berbentuk kepala naga. Di masing-masing mata kapak terukir angka 212. Di seri pertama Wiro Sableng : "Empat Berewok dari Goa Sanggreng", dikatakan bahwa kapak ini terbuat dari logam dan gading. Mulut ukiran naga dapat menembakkan jarum-jarum beracun, dengan jalan menekan tombol rahasia pada kapak. "Seruling" di gagang kapak dapat ditiup dan mengeluarkan suara yang sangat dahsyat. Beberapa musuh WIro Sableng yang tidak dapat dibunuh dengan kesaktiannya yang lain, dapat dikalahkan atau dibunuh dengan bunyi seruling ini, misalnya : Dewi Siluman dari Bukit Tunggul pada episode Dewi Siluman dari Bukit Tunggul, atau nenek Arashi pada episode Pendekar Gunung Fuji. Kapak ini baru dapat digunakan dengan mengerahkan tenaga dalam. Tebasannya terlihat seperti sinar putih dan mengeluarkan bunyi seperti dengungan ratusan tawon. Kapak ini juga mengandung racun mematikan. Pada episode Tiga Setan Darah dan Cambuk Api Angin, di akhir episode, pemegang Cambuk Api Angin terbunuh oleh racun ini, setelah tangannya putus ditebas Kapak Maut Naga Geni 212.
Batu Hitam 212
Batu hitam (batu bara? coal briquette?) seukuran telapak tangan orang dewasa, berukir angka 212. Jika batu hitam ini diadu dengan mata Kapak Maut Naga Geni 212, dapat memercikkan semburan api besar yang sangat panas.
Bintang 212
Senjata rahasia berbentuk bintang dengan ukiran angka 212, digunakan dengan cara dilemparkan, seperti senjata "shuriken" milik ninja. Bintang 212 digunakan dalam episode Keris Tumbal Wilayuda dan Rahasia Lukisan Telanjang
Beberapa kesaktian Wiro Sableng
Pukulan Harimau Dewa
Diwariskan oleh Datuk Rao Basaluang Ameh, mahluk setengah roh setengah manusia dari kepulauan Andalas. Di awali dengan tiupan di tangan sebelah kanan yang memunculkan gambar kepala harimau putih (Datuk Rao Bamato Hijau), pukulan ini sanggup menghancurkan apa saja tanpa perlu mengeluarkan tenaga dalam. Hanya beberapa musuh utama Wiro Sableng yang dapat mematahkan / mengimbangi pukulan Harimau Dewa ini, seperti Datuk Lembah Akhirat, yang mempunyai tenaga dalam setingkat para Dewa (yang didapat dari menghisap tenaga dalam para pendekar yang lain).
Pukulan Sinar Matahari
Diajarkan Sinto Gendeng alias Sinto Weni. Berupa sinar menyilaukan berwarna putih keperakan yang sangat panas. Diawali dari sinar putih keperakan memancar dari tangan, kemudian tangan digerakkan dengan gerakan memukul, dan sinar putih perak itu ditembakkan kepada lawan (energy blast/energy shot). Kekuatan pukulan ini adalah suhu yang sangat tinggi, dan dalam episode Halilintar Di Singosari, pukulan Sinar Matahari disebutkan dapat melumerkan borgol besi. Pukulan Matahari juga sangat berguna di dunia batin.Terutama yang bisa mengeluarkan Ruhnya dari Jasadnya untuk sementara.
Pukulan Angin Es
Diajarkan Sinto Gendeng. Berupa suhu yang sangat dingin. Mampu membuat lawan tak dapat bergerak karena sangat kedinginan. Gerakannya berupa mengangkat kedua tangan lalu telapak tangan dikembangkan dan diputar perlahan-lahan, kemudian suhu udara di sekitar lokasi mulai dingin dan dapat membuat lawan yang dituju menjadi kaku seperti salju. Ilmu kesaktian ini biasa digunakan Wiro sewaktu menghadapi musuh yang mempunyai kesaktian berintikan api atau panas. Mayat Hidup dari Gunung Klabat dikalahkan Wiro dengan pukulan ini.
Pukulan Angin Puyuh
Diajarkan Sinto Gendeng. Berupa hempasan angin yang sangat deras.
Pukulan Dewa topan menggusur gunung
Diajarkan Tua Gila. Berupa hempasan angin yang sangat deras.
Pukulan Benteng Topan melanda samudera
Berupa hempasan angin yang sangat deras.
Pukulan Kunyuk melempar buah
Berupa hempasan angin yang deras dan berat, seperti sebongkah batu besar yang dilemparkan.
Ilmu silat Orang Gila
Diajarkan Tua Gila, paman guru (kakak seperguruan eyang sinto gendeng) Wiro di Pulau Andalas (sekarang Pulau Sumatera). Berupa gerakan-gerakan silat (martial arts) yang terlihat ngawur dan mirip gerakan orang gila, namun sangat berbahaya.
Pukulan Dinding Angin Berhembus Tindih-Menindih
Diajarkan Sinto Gendeng, berupa angin dahsyat yang berhembus menyebar dan menggempur susul menyusul hanya dengan sekali pukul. Keistimewaan pukulan ini adalah fungsinya yang bersifat 3 dalam 1; dapat digunakan menyerang, bertahan, sekaligus mengembalikan serangan lawan ke pemiliknya.
Ilmu Pedang Pendekar Pedang Akhirat
Diajarkan dedengkot rimba kangouw Tiongkok , Pendekar Pedang Akhirat (Long Sam Kun), berupa tiga jurus ilmu pedang tingkat tinggi yang masing-masing bernama Cip-hian Jay-bong (Tiba-tiba Muncul Pelangi), Lo-han Ciang-yau (Malaikat Menundukkan Siluman) dan Kui-gok Sin-ki (Iblis Meratap Malaikat Menangis).
Daftar episode Wiro Sableng
1. Empat Berewok dari Goa Sanggreng
2. Maut Bernyanyi di Pajajaran
3. Dendam Orang-Orang Sakti
4. Keris Tumbal Wilayuda
5. Neraka Lembah Tengkorak
6. Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
7. Tiga Setan Darah dan Cambuk Api Angin
8. Dewi Siluman Bukit Tunggul
9. Rahasia Lukisan Telanjang
10. Banjir Darah Di Tambun Tulang
11. Raja Rencong Dari Utara
12. Pembalasan Nyoman Dwipa
13. Kutukan Empu Bharata
14. Sepasang Iblis Betina
15. Mawar Merah Menuntut Balas
16. Hancurnya Istana Darah
17. Lima Iblis Dari Nanking
18. Ki Ageng Tunggul Keparat
19. Hidung Belang Berkipas Sakti
20. Pendekar Pedang Akhirat
21. Neraka Puncak Lawu
22. Pendekar Dari Gunung Naga
23. Siluman Teluk Gonggo
24. Cincin Warisan Setan
25. Penculik Mayat Hutan Roban
26. Cinta Orang Orang Gagah
27. Iblis Iblis Kota Hantu
28. Khianat Seorang Pendekar
29. Petaka Gundik Jelita
30. Dosa Dosa Tak Berampun
31. Bencana Di Kuto Gede
32. Pangeran Matahari Dari Puncak Merapi
33. Bajingan Dari Susukan
34. Panglima Buronan
35. Munculnya Sinto Gendeng
36. Telaga Emas Berdarah
37. Dewi Dalam Pasungan
38. Maut Bermata Satu
39. Iblis Berjanggut Biru
40. Kelelawar Hantu
41. Setan Dari Luar Jagat
42. Malaikat Maut Berambut Salju
43. Badai Di Parangtritis
44. Dewi Lembah Bangkai
45. Topeng Buat Wiro Sableng
46. Manusia Halilintar
47. Serikat Setan Merah
48. Pembalasan Ratu Laut Utara
49. Memburu Si Penjagal Mayat
50. Srigala Iblis
51. Mayat Hidup Gunung Klabat
52. Raja Sesat Penyebar Racun
53. Guna Guna Tombak Api
54. Kutukan Dari Liang Kubur
55. Pembalasan Pendekar Bule
56. Misteri Dewi Bunga Mayat
57. Ratu Mesum Bukit Kemukus
58. Nyawa Yang Terhutang
59. Pendekar Dari Gunung Fuji
60. Bahala Jubah Kencono Geni
61. Peti Mati Dari Jepara
62. Serikat Candu Iblis
63. Makam Tanpa Nisan
64. Kamandaka Si Murid Murtad
65. Neraka Krakatau
66. Betina Penghisap Darah
67. Hari Hari Terkutuk
68. Singa Gurun Bromo
69. Halilintar Di Singosari
70. Pelangi Di Majapahit
71. Ki Ageng Tunggul Akhirat
72. Purnama Berdarah
73. Bujang Gila Tapak Sakti
74. Guci Setan
75. Dendam Di Puncak Singgalang
76. Harimau Singgalang
77. Kutunggu Di Pintu Neraka
78. Ninja Merah
79. Kepala Iblis Nyi Gandasuri
80. Sepasang Manusia Bonsai
81. Dendam Manusia Paku
Episode Wasiat Iblis (8 episode)
1. Wasiat Iblis
2. Wasiat Dewa
3. Wasiat Sang Ratu
4. Delapan Sabda Dewa
5. Muslihat Para Iblis
6. Muslihat Cinta Iblis
7. Geger Di Pangandaran
8. Kiamat Di Pangandaran
Episode Tua Gila Dari Andalas (11 episode)
1. Tua Gila Dari Andalas
2. Asmara Darah Tua Gila
3. Lembah Akhirat
4. Pedang Naga Suci 212
5. Jagal Iblis Makam Setan
6. Utusan Dari Akhirat
7. Liang Lahat Gajahmungkur
8. Rahasia Cinta Tua Gila
9. Wasiat Malaikat
10. Dendam Dalam Titisan
11. Gerhana Di Gajahmungkur
Episode Bola Bola Iblis/petualangan Wiro di Latanahsilam (18 episode)
1. Bola Bola Iblis
2. Hantu Bara Kaliatus
3. Peri Angsa Putih
4. Hantu Jatilandak
5. Rahasia Bayi Tergantung
6. Hantu Tangan Empat
7. Hantu Muka Dua
8. Rahasia Kincir Hantu
9. Rahasia Patung Menangis
10. Hantu Langit Terjungkir
11. Rahasia Mawar Beracun
12. Hantu Santet Laknat
13. Badai Fitnah Latanahsilam
14. Rahasia Perk4w1n4n Wiro
15. Hantu Selaksa Angin
16. Muka Tanah Liat
17. Batu Pembalik Waktu
18. Istana Kebahagiaan
Episode Kembali Ke Tanah Jawa (6 episode)
1. Kembali Ke Tanah Jawa
2. Tiga Makam Setan
3. Roh Dalam Keraton
4. Gondoruwo Patah Hati
5. Makam Ke Tiga
6. Senandung Kematian
Episode Badik Sumpah Darah (7 episode)
1. Badik Sumpah Darah
2. Mayat Persembahan
3. Si Cantik Dalam Guci
4. Tahta Janda Berdarah
5. Meraga Sukma
6. Melati Tujuh Racun
7. Kutukan Sang Badik
Episode 113 Lorong Kematian (10 episode)
1. 113 Lorong Kematian
2. Nyawa Kedua
3. Rumah Tanpa Dosa
4. Bendera Darah
5. Aksara Batu Bernyawa
6. Pernikahan Dengan Mayat
7. Api Cinta Sang Pendekar
8. Misteri Pedang Naga Suci 212
9. Kematian Kedua
10. Kitab 1000 Pengobatan
Episode Perjanjian Dengan Roh (5 episode)
1. Perjanjian Dengan Roh
2. Nyi Bodong
3. Lentera Iblis
4. Azab Sang Murid
5. Api Di Puncak Merapi
Episode Dadu Setan (4 episode)
1. Dadu Setan
2. Si Cantik Dari Tionggoan
3. Misteri Pedang Naga Merah
4. Sang Pembunuh
Episode Petaka Patung Kamasutra (6 episode)
1. Petaka Patung Kamasutra
2. Misteri Bunga Noda
3. Insan Tanpa Wajah
4. Sang Pemikat
5. Topan Di Gurun Tengger
6. Nyawa Titipan
Episode Si Cantik Gila Dari Gunung Gede (8 episode)
1. Si Cantik Gila Dari Gunung Gede
2. Bayi Satu Suro
3. Dendam Mahluk Alam Roh
4. Perjodohan Berdarah
5. Badai Laut Utara
6. Cinta Tiga Ratu
7. Janda Pulau Cingkuk
8. Bayi Titisan
Episode Kupu-Kupu Giok Ngarai Sianok (5 episode)
1. Kupu-Kupu Giok Ngarai Sianok
2. Fitnah Berdarah Di Tanah Agam
3. Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
4. Bulan Sabit Di Bukit Patah
5. Kupu-Kupu Mata Dewa
Episode Malam Jahanam Di Mataram
1. Malam Jahanam Di Mataram
2. Empat Mayat Aneh
3. Roh Jemputan
4. Dua Nyawa Kembar
5. Sepasang Arwah Bisu
6. Dewi Kaki Tunggal
7. Jaka Pesolek Penangkap Petir
8. Tabir Delapan Mayat
9. Delapan Sukma Merah
10. Sesajen Atap Langit
11. Selir Pamungkas
12. Delapan Pocong Menari
13. Bulan Biru Di Mataram
14. Bidadari Dua Musim
15. Jabang Bayi Dalam Guci



Adaptasi
Sampul VCD Wiro Sableng
Serial Wiro Sableng ini telah diadaptasi sebagai sinetron dan film. Film dibintangi oleh Tonny Hidayat, dan sinetron dibintangi oleh Herning Sukendro (Wiro Sableng I episode 1-59) dan Abhie Cancer (Wiro Sableng I episode 59-91). Sinetron Wiro Sableng telah dibuat 2 bagian.
Hak Cipta
Wiro Sableng terdaftar pada Departemen Kehakiman RI Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek di bawah nomor 004245.
Pranala luar
• Kumpulan Cerita Wiro Sableng
• Komunitas Penggemar Wiro Sableng
• - Kumpulan Cerita Wiro Sableng
• www.duasatudua.com - Kumpulan Cerita Wiro Sableng
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Wiro_Sableng"
Kategori: Tokoh cerita silat

Jenghis Khan


Jenghis Khan (bahasa Mongolia: Чингис Хаан), juga dieja Genghis Khan, Jinghis Khan, Chinghiz Khan, Chinggis Khan, Changaiz Khan, dll, nama asalnya Temüjin, juga dieja Temuchin atau TiemuZhen, (sek. 1162 - 18 Agustus 1227) adalah khan Mongol dan ketua militer yang menyatukan bangsa Mongolia dan kemudian mendirikan Kekaisaran Mongolia dengan menaklukkan sebagian besar wilayah di Asia, termasuk utara Tiongkok (Dinasti Jin), Xia Barat, Asia Tengah, Persia, dan Mongolia. Penggantinya akan meluaskan penguasaan Mongolia menjadi kekaisaran terluas dalam sejarah manusia. Dia merupakan kakek Kubilai Khan, pemerintah Tiongkok bagi Dinasti Yuan di China.
Daftar isi:
• 1 Kehidupan awal
• 2 Latar perjuangan
o 2.1 Menyatukan Mongolia
o 2.2 Memerangi kerajaan Jin
o 2.3 Invasi ke Timur Tengah
• 3 Akhir hidup Jenghis Khan
• 4 Mongolia setelah Jenghis Khan
o 4.1 Ogodei Khan
o 4.2 Tolui Khan
o 4.3 Chagatai Khan
o 4.4 Batu Khan
o 4.5 Kubilai Khan
• 5 Dominasi global

Kehidupan awal
Jenghis Khan dilahirkan dengan nama Temüjin sekitar tahun 1162 dan 1167, anak sulung Yesügei, ketua suku Kiyad (Kiyan). Sedangkan nama keluarga dari Yesügei adalah Borjigin (Borjigid). Temujin dinamakan seperti nama ketua musuh yang ditewaskan ayahnya.
Temujin lahir di daerah pegunungan Burhan Haldun, dekat dengan sungai Onon dan Herlen. Ibu Temujin, Holun, berasal dari suku Olkhunut. Kehidupan mereka berpindah-pindah layaknya seperti penduduk Turki di Asia Tengah. Saat Berumur 9 tahun, Temujin dikirimkan keluar dari sukunya karena ia akan jodohkan kepada Borte, putri dari suku Onggirat. Ayah Temujin, Yesugei meninggal karena diracuni suku Tartar tepat pada saat ia pulang setelah mengantar Temujin ke suku Onggirat.
Temujin pun dipanggil pulang untuk menemui ayahnya. Yesugei memberi pesan kepada Temujin untuk membalaskan dendamnya dan menghancurkan suku Tartar di masa depan. Kehidupan Temujin bertambah parah setelah hak kekuasaannya sebagai penerus kepala suku direbut oleh orang lain dengan alasan umur Temujin yang masih terlalu muda. Temujin dan keluarganya diusir dari sukunya karena ia ditakuti akan merebut kembali hak kekuasaannya atas suku Borjigin. Hidup Temujin dan keluarganya sangat menderita. Dengan perbekalan makanan yang sangat terbatas, Ia dan adik-adiknya hidup dengan cara berburu. Pada saat ia menginjak remaja, kepala suku Borjigin mengirimkan pasukan untuk membunuh Temujin.
Temujin berhasil tertangkap dan ditawan oleh musuhnya, namun ia berhasil kabur dari tahanan dan dengan pertolongan dari orang-orang yang masih setia kepada Yesugei. Pada saat menginjak dewasa, Temujin berjuang dan mengumpulkan kekuatannya sendiri.
Latar perjuangan
Menyatukan Mongolia
Temujin mempunyai teman baik yang juga merupakan saudara angkatnya, yang bernama Jamukha. Ia pernah berkali-kali ditolong oleh Jamukha, yang merupakan keturunan dari suku Jadaran. Bersama-sama dengan saudara angkatnya, Temujin berhasil merebut kembali hak kekuasaannya atas sukunya dan juga perserikatan Mongolia yang didirikan ayahnya dahulu. Waktu demi waktu, wilayah Temujin menjadi semakin besar, yang dilakukan dengan cara menghancurkan musuh-musuhnya dan menggabungkan suku-suku dalam perserikatan Mongolia. Musuh terbesar Temujin dalam sejarah ternyata adalah saudara angkatnya sendiri, Jamukha, yang sering mengadu-domba Temujin dengan suku-suku lainnya, termasuk ayah angkat Temujin sendiri yang bernama Wang Khan. Setelah Temujin berhasil menyisihkan musuh-musuhnya dan melaksanakan perintah almarhum ayahnya, Yesugei, ia kemudian juga berhasil membalaskan kematian nenek-moyangnya, yang dibunuh oleh kerajaan Jin. Temujin kemudian diangkat menjadi Khan dengan gelar Jenghis Khan; yang artinya "Khan dari Segala-galanya".
Memerangi kerajaan Jin
Nenek-moyang kerajaan Jin berasal dari suku Jurchen. Suku Jurchen berhasil menguasai wilayah utara Cina selama lebih dari 100 tahun. Hal ini akan menjadi kesulitan besar untuk Jenghis Khan dalam menunaikan tugasnya. Kerajaan Jin memiliki jumlah pasukan yang hampir mendekati jutaan jiwa (lebih dari 10 kali lipat dari pasukan Jenghis Khan pada waktu itu). Mereka hidup aman dibalik tembok kerajaan yang besar dan susah untuk diserang. Jenghis Khan berhasil meruntuhkan semangat perang dan kekuataan kerajaan Jin dalam berbagai peperangan. Salah satunya adalah perang di Tebing Serigala Liar, dimana Jenghis Khan yang hanya memiliki pasukan tidak lebih dari 100.000 tentara berhasil membabat pasukan musuh yang besarnya lebih dari setengah juta jiwa. Kejayaan Jenghis Khan terbukti dari keberhasilannya dalam merebut ibukota kerajaan Jin, Dadu, yang sekarang ini menjadi Beijing. Para seniman (artis), ahli senjata (terutama ahli senjata berat/siege weapon), dan barang berharga, semuanya dibawa kembali ke Mongolia sebagai budak dan rampasan perang.
Invasi ke Timur Tengah
Sejarah mencatat invasi yang dipimpin oleh Jenghis Khan sendiri dengan ratusan ribu tentara terpilih ke kerajaan Khawarizmi yang pada waktu itu menguasai seluruh wilayah Timur Tengah diawali dengan pedagang Mongolia yang dibunuh dan harta mereka dirampas oleh panglima Khawarizmi yang serakah. Keserakahan itu membawa bencana bagi bangsanya. Jenghis Khan berhasil menawan dan menghukum mati panglima tersebut dengan cara menuangkan logam panas ke matanya. Kerajaan Khawarizmi menderita kerugian yang tidak terhitung. Amarah Jenghis Khan bertambah setelah cucu kesayangannya terbunuh. Populasi rakyat Timur Tengah berkurang hingga 10%, dan wilayah Mongolia pun bertambah luas sampai kebagian barat benua Asia.
Sejarah pernah mencatat bahwa pada saat Jenghis Khan mundur kembali ke Mongolia, ia sempat memerintahkan dua jendral terbaiknya, Jebe dan Subotai Baatur untuk menyelidiki daerah barat dan membasmi sisa musuh sampai ke wilayah Russia. Jebe dan Subotai pernah menginjak daratan Eropa pada saat itu, dan mengalami konfrontasi dan menghancurkan pasukan Salib yang hendak menyerang wilayah Arab. Sumber konfrontasi itu diperkirakan terjadi karena pasukan Salib dari Eropa mengira pasukan Mongol adalah pasukan Arab.
Wilayah Timur Tengah kemudian dibagi-bagi dan dikuasai oleh putra-putra Jenghis Khan.
Akhir hidup Jenghis Khan
Jenghis Khan yang sudah berumur tua dipaksa untuk memimpin pasukan untuk menghancurkan kerajaan Abbasiyah untuk kesekian kalinya, namun ketidak-cakapan para pasukan dan seringnya melakukan mabuk-mabukan memperlemah pasukan militernya. Ia meninggal dalam perjalanan karena terjatuh dari kuda dan dirahasiakan oleh panglima-panglima setianya sampai musuh berhasil ditaklukan. Kuburan Jenghis Khan dirahasiakan agar tidak dirusak oleh orang lain. Kekuasaan Mongol diwariskan kepada putra ketiganya, Ogodai Khan. Alasan Jenghis Khan menunjuk putra ketiganya untuk meneruskan tahta warisnya, disebabkan oleh keahlian yang dimiliki Ogodai Khan dalam bernegoisasi, memimpin negara dan sifatnya yang tidak sombong (tidak seperti kedua kakaknya yang sering bertempur satu sama lain).
Mongolia setelah Jenghis Khan
Ogodei Khan
Ogodei Khan, anak ketiga yang menjadi Khan Agung, bukan hanya berhasil dalam mempertahankan wilayah Mongolia yang telah dibangun oleh ayahnya, namun ia berhasil memperluas kekuasaannya dengan menghancurkan kerajaan Jin untuk terakhir kalinya, serta memerintahkan panglimanya untuk memperluas kekuasaan di wilayah Eropa. Wilayah Russia, Polandia, serta Hungaria berhasil dikuasai oleh Mongolia. Pasukan gabungan yang dipimpin oleh Henry dari Silesia tergabung dari pasukan Hungaria, Polandia, dan Jerman (Kekaisaran Suci Romawi) yang terdiri dari pasukan Teutonik terbantai tak bersisa dalam perang di Leignitz. Sejarah Eropa mencatat kekejaman dan teror besar yang dilakukan oleh kerajaan Mongolia atas rakyat Eropa. Pasukan Mongolia baru menghentikan perluasan wilayah mereka di Eropa setelah mendengar kematian Ogodei Khan. Negara-negara Eropa memilih untuk memberikan upeti kepada kerajaan Mongolia daripada mengambil risiko untuk melawan Mongolia. Eropa bahkan memohon bantuan Mongolia untuk menghancurkan Arab. Sebagian wilayahnya kemudian akan menjadi Dinasti Yuan di bawah Kublai Khan, anak Tolui Khan
Tolui Khan
Tolui Khan, anak termuda, mewarisi tanah Mongolia yang relatif kecil. Anaknya, Kublai Khan, akan mendirikan Dinasti Yuan.
Chagatai Khan
Chagatai Khan, anak kedua, diberi Asia Tengah dan Iran utara, mendirikan Kekhanan Chagatai.
Batu Khan
Batu Khan adalah anak Jochi Khan, anak tertua Jenghis Khan yang telah mati sebelum kematian Jenghis Khan. Warisan tanah yang sekiranya diwarisi oleh Jochi, yakni Rusia, diberikan oleh kedua anaknya, Batu Khan dan Orda Khan, yang keduanya, beserta 12 saudara mereka lainnya, mendirikan Ulus Jochi (Golden Horde)
Setelah kematian Ogodei Khan, Mongolia dikuasai oleh Batu Khan yang memiliki visi lain dalam memperluas kerajaan Mongolia. Ia mengirimkan pasukan untuk menguasai tanah Arab yang sebelumnya dikuasai oleh Eropa, seperti Damaskus dan kota-kota lainnya. Pasukan Eropa mengirimkan bantuan pada saat mereka merebut kota Yerusalem. Pasukan Mongolia tercatat dalam sejarah memperluas kekuasaannya sampai ke wilayah Mesir. Setelah kematian Batu Khan, pasukan Mongolia menghentikan agresi militernya ke arah barat.
Kubilai Khan
Mongolia pada saat kekuasaan Kubilai Khan berhasil memperluas wilayah sampai seluruh Cina, Korea, Burma, Vietnam, dan Kamboja. Pasukan Mongolia pernah melakukan agresi militer ke Jepang dan Jawa (Kerajaan Singasari), namun tidak berhasil.
Dominasi global
Mongolia berjuang untuk membawa nama baik bangsanya dengan prinsip yang telah diajarkan oleh pahlawan mereka, yaitu Jenghis Khan. Sejarah dunia mencatat bahwa Mongolia adalah satu-satunya negara yang kekuasaannya mendekati dominasi atas seluruh dunia (global domination). Kekuasaannya waktu itu adalah: China, Mongolia, Russia, Korea, Vietnam, Burma, Kamboja, Timur Tengah, Polandia, Hungaria, Arab Utara, dan India Utara.


Tokoh-tokoh Penguasa, Pemimpin, Adipati, Raja dan Kaisar Tiongkok berdasarkan zaman
Tiga Penguasa dan Lima Kaisar: Yan Di - Huang Di (Kaisar Kuning) - Yao - Shun - Yu

Dinasti Xia: Si Qi - Shao Kang - Tai Kang - Hou Yi - Jie

Dinasti Shang: Chang Ji - Tang (Zi Lu) - Pan Geng - Yang Jia - Dixin(Zhou)

Dinasti Zhou(barat dan timur): Ji Fa - Ji Jing - Ji Gongnie - Ji Yijiu - Ji Lin - Ji Tuo - Zhuang Gong - Ji Huqi - Ji Song - Ji Zhao - Ji Xia - Ji Man

Zaman musim semi & gugur dan Zaman negara-negara berperang: Ji Chong'er - Jiāng Xiǎobái {Huan)

Dinasti Qin: Qin Shi Huang - Xiang Yu - Er Shi Huangdì

Dinasti Han: Liu Bang - Liu Ying - Liu Gong - Liu Hong - Liu Qi - Liu Heng - Liu Che - Liu Fuling - Liu He - Liu Xun - Liu Xie - Liu Bian

Zaman Tiga Negara (Samkok): Cao Cao - Liu Bei - Liu Chan - Sun Jian - Sun Quan - Sun Ce - Cao Pi - Dong Zhuo - Gongsun Zan - Han Fu - Liu Biao - Liu Yao - Liu Zhang - Lü Bu - Ma Teng - Meng Huo - Yuan Shao - Yuan Shu - Zhang Jiao - Zhang Lu - Kaisar Xian

Dinasti Jin: Sima Yang - Sima Zhang - Sima Ye - Sima Rui - Sima Yan

Zaman Enam Belas Negara: Liu Yuan - Liu He - Shi Le - Li shou - Mu Rong Huang

Dinasti Selatan dan Utara: Tou Ba Gui - Yuan Xiu - YuWen Chan - Yuwen Yong

Dinasti Sui: Yang Jian - Yang Guang - Yang You

Dinasti Tang: Wu Zetian - Li Yu - Li Yuan - Li Shimin - Li Ang

Zaman Lima Dinasti dan Sepuluh Negara: Chai Rong - Liu Zhiyuan

Dinasti Song: Zhao Kuangyin - Zhao Bing

Dinasti Liao: Yelu Deguang - Yelu Abaoji

Xia Barat: Li Yuanghao

Dinasti Jin (1115-1234): Waryan Aguda - Waryan Yong

Dinasti Yuan: Kubilai Khan - TiemuZhen

Dinasti Ming: Zhu Yuangzhang - Zhu Di - Zhu Qizhen - Zhu Houcong - Zhu Yijun - Zhu Youjian

Dinasti Qing: Huang Taiji - Fulin - Xuanye - Yinzhen - Hongli - Minning - Yi Zhu - Zaitian - Yehenalashi - Aixijueluo Yongyan - Xuantong

Republik China: Sun Yat Sen - Yuan Shikai

Republik China (Taiwan): Chiang Kai-shek - (Li Tsung-jen) - (Yen Chia-kan) - Chiang Ching-kuo - Lee Teng-hui - Chen Shui-bian - Ma Ying-jeou

Republik Rakyat Tiongkok: Mao Zedong - Liu Shaoqi - Deng Xiaoping - Jiang Zemin - Hu Jintao

Minamoto no Yoshitsune

Minamoto no Yoshitsune (源 義経 atau 源 義經?) (1159 - 15 Juni 1189) adalah samurai klan Minamoto di akhir zaman Heian yang berasal dari klan Kawachi Genji. Yoshitsune adalah adik lain ibu dari pendiri Keshogunan Kamakura, Minamoto no Yoritomo. Nama aliasnya adalah Kurō Yoshitsune.
Yoshitsune dilahirkan sebagai Ushiwakamaru, putra ke-9 dari kepala klan Kawachi Genji bernama Minamoto no Yoshitomo. Setelah ayahnya terbunuh dalam Pemberontakan Heiji melawan Taira no Kiyomori, Ushiwakamaru dititipkan di kuil Kurama. Selanjutnya ia dipindahkan ke Hiraizumi di Mutsu, dan dititipkan kepada Fujiwara no Hidehira yang menjabat kepala klan Ōshū Fujiwara sekaligus penguasa Mutsu. Sementara itu, kakak tertua Yoshitsune, Yoritomo terus memimpin perlawanan untuk menggulingkan klan Taira yang disebut Pemberontakan zaman Jishō-Jūei (Perang Genpei). Setelah dewasa, Yoshitsune bergabung membantu Yoritomo, dimulai dari Pertempuran Ichi-no-Tani, Pertempuran Yashima, hingga akhirnya klan Minamoto berhasil menghancurkan armada klan Taira dalam Pertempuran Dan-no-ura. Walaupun berjasa besar sebagai pemimpin perang, Yoshitsune tidak diberi penghargaan yang pantas oleh Yoritomo, dan sebagian wilayah kekuasaannya dirampas. Yoshitsune dianggap memperlihatkan sikap memberontak sehingga dicap sebagai musuh kaisar dan menjadi buronan di seluruh negeri. Dalam pelariannya, Yoshitsune meminta perlindungan klan Ōshū Fujiwara yang pernah membesarkannya. Fujiwara no Yasuhira berhasil didesak Yoritomo agar menangkap Yoshitsune. Yasuhira menyerang Yoshitsune yang sedang berada di Koromogawa no tachi (sekarang ada di kota Ōshū, Prefektur Iwate). Yoshitsune yang sudah terkepung akhirnya bunuh diri.
Kematian Yoshitsune menerima banyak simpati dari banyak orang. Dari kisah Yoshitsune dikenal istilah Hōgan biiki (判官贔屓?) yang merupakan ungkapan simpati orang Jepang terhadap pihak yang kalah (istilah ini tidak dibaca sebagai Han-gan biiki). Hōgan adalah jabatan yang diberikan kaisar kepada Yoshitsune, sedangkan hiiki berarti "simpati" atau "melindungi". Ungkapan ini kurang lebih berarti, "Pihak yang lemah dengan alasan ia lemah, maka banyak orang yang bersimpati."
Daftar isi
• 1 Perjalanan hidup
o 1.1 Masa kecil
o 1.2 Pemberontakan zaman Jishō-Jūei
o 1.3 Pertikaian dengan Yoritomo
o 1.4 Pemberontakan
o 1.5 Kematian Yoshitsune
• 2 Silsilah
• 3 Lukisan potret
• 4 Pengikut Yoshitsune
• 5 Legenda dan mitos
o 5.1 Legenda Yoshitsune tidak tewas
o 5.2 Legenda Yoshitsune menjadi Jengis Khan
• 6 Budaya populer
o 6.1 Manga
o 6.2 Drama televisi
o 6.3 Film
o 6.4 Buku
• 7 Catatan kaki
• 8 Daftar pustaka
• 9 Pranala luar

Perjalanan hidup
Catatan: Semua tahun berdasarkan kalender Julian
Masa kecil
Minamoto no Yoshitomo dan Tokiwa Gozen memberi nama Ushiwakamaru kepada putra ke-9 mereka yang nantinya dikenal sebagai Minamoto no Yoshitsune. Di tahun 1159, setelah ayahnya ikut dalam Pemberontakan Heiji dan tewas, Ushiwakamaru bersama dua orang kakaknya, Imawaka dan Otowaka dibawa lari oleh ibunya ke tengah gunung di Provinsi Yamato untuk menghindar dari hukuman mati. Tokiwa Gozen akhirnya keluar dari persembunyian dan menyerahkan diri kepada Taira no Kiyomori setelah mengetahui ibunya tertangkap. Sebagai pengganti nyawa ibunya dan ketiga orang putranya, Tokiwa Gozen bersedia dijadikan wanita simpanan Kiyomori.
Setelah ibunya menjadi selir seorang kuge bernama Ichijō Naganari, Ushiwakamaru yang waktu itu masih berusia 7 tahun dititipkan di kuil Kurama. Nama panggilannya saat itu Shanaou (Shanaō). Di usianya yang ke-11 (15 tahun dalam cerita versi lain), Ushiwakamaru baru mengetahui identitas dirinya yang sebenarnya. Menurut legenda, Ushiwakamaru menerima pelajaran pedang di kuil Kurama dari seorang ksatria bertopeng Tengu yang kemungkinan besar sisa-sisa pengikut ayahnya (Minamoto no Yoshitomo). Di usia ke-16, Ushiwakamaru berada di bawah pengawasan Fujiwara no Hidehira yang menjadi Chinjufu shōgun di Hiraizumi, Provinsi Oshu. Setelah itu, Ushiwakamaru menjalani upacara kedewasaan (genbuku) di kuil Atsuta Jingū, Provinsi Owari yang dulu merupakan wilayah kekuasaan ayahnya. Sebagai orang dewasa, Ushiwakamaru mendapat nama Yoshitsune. Nama "Yoshitsune" diambil dari aksara kanji "yoshi" (義?) yang turun-temurun dipakai klan Minamoto, sedangkan "tsune" (経?) diambil dari nama Minamoto no Tsunemoto (cucu Kaisar Seiwa).




Pemberontakan zaman Jishō-Jūei


Batu berhadapan di kuil Kisegawa Hachiman. Saksi atas sumpah Yoritomo dan Yoshitsune untuk menghancurkan klan Taira.
Di zaman Jishō tahun 4 (1180), Yoshitsune pergi menolong kakaknya, Minamoto no Yoritomo yang sedang berperang melawan klan Taira di Provinsi Izu. Fujiwara no Hidehira mengutus dua bersaudara, Satō Tsugunobu dan Satō Tadanobu beserta 80 pasukan berkuda untuk membantu Yoshitsune. Yoshitsune bertemu dengan Yoritomo di front Sungai Kise (sekarang terletak di Prefektur Shizuoka). Pada saat itu, pasukan Yoritomo yang baru saja menang dalam Pertempuran Fujigawa. Yoshitsune diserahi tugas oleh Yoritomo sebagai pemimpin pasukan klan Minamoto dalam menghadapi klan Taira. Pada waktu itu, Yoritomo ingin mundur ke markasnya di Kamakura agar bisa berkonsentrasi pada pembentukan pemerintahan militer wilayah Kanto.
Di tahun berikutnya, Yoshitsune yang memimpin kekuatan militer Kamakura mengalahkan sepupunya, Minamoto no Yoshinaka di Pertempuran Ujigawa. Di tahun 1183, Yoshitsune memimpin pasukan untuk memasuki Kyoto sebagai wakil Yoritomo. Pasukan klan Taira yang sudah diusir dari Kyoto oleh pasukan Yoshinaka ternyata berhasil menggalang kekuatan di sebelah barat negeri, dan sudah bergerak maju sampai di Fukuhara. Yoshitsune bersama kakaknya (Minamoto no Noriyori) diperintahkan untuk menghancurkan pasukan klan Taira. Pasukan penyerang dari belakang yang dipimpin Yoshitsune berangkat ke Provinsi Harima dengan mengambil jalan memutar. Di tengah perjalanan, Minamoto no Yukitsuna dan kawan-kawan turut bergabung dengan pasukan Yoshitsune. Sementara itu, Noriyori berangkat dengan memimpin pasukan utama yang akan menyerang dari depan. Kedua pasukan yang dipimpin Yoshitsune dan Noriyori berhasil menghancurkan pasukan klan Taira dalam Pertempuran Ichi-no-Tani.
Seusai Pertempuran Ichi-no-Tani (1184), Kaisar Goshirakawa mengangkat Yoshitsune dengan berbagai jabatan dan gelar kehormatan. Selain itu, Yoshitsune mendapat hak istimewa untuk masuk ke bagian istana yang hanya boleh dimasuki kaisar dan keluarganya. Di bulan September tahun yang sama, Yoshitsune menikah dengan Satō Gozen.
Pada bulan Februari 1185, Yoshitsune berangkat ke Provinsi Sanuki di Pulau Shikoku untuk menyerang basis klan Taira di sepanjang pantai Laut Pedalaman Seto. Pertempuran ini dikenal sebagai Pertempuran Yashima dan pasukan Yoshitsune menang besar atas pasukan klan Taira. Kemenangan pasukan Yoshitsune memberi kekuatan moral bagi pasukan Kamakura yang langsung mengumpulkan kapal-kapal untuk menyerbu Pulau Hiko yang merupakan benteng pertahanan terakhir klan Taira. Pada bulan April 1185, klan Minamoto berhasil menghabisi klan Taira dalam Pertempuran Dan-no-Ura.
Strategi berperang yang jitu dan kecerdasannya dalam Perang Genpei membuat nama Yoshitsune sering disebut-sebut dalam legenda maupun buku sejarah sebagai panglima yang mampu mengubah jalannya pertempuran. Seusai perang, Yoshitsune diangkat sebagai wakil Yoritomo dan berdiam di ibu kota Heian-kyo, atau di Istana Horikawa yang merupakan rumah utama kediaman klan Kawachi Genji.
Pertikaian dengan Yoritomo
Setelah menghancurkan klan Taira, Yoshitsune berselisih dengan kakaknya sendiri. Keinginan Yoshitsune untuk berdiri sendiri tidak terkabulkan dan malah menjadi musuh kaisar dan menjadi buronan di seluruh negeri.
Pada 15 April 1185, Yoritomo merasa tidak senang kaisar mengangkat kelompok samurai dari Kanto tanpa rekomendasi informal darinya lebih dulu. Yoritomo memerintahkan kelompok samurai tersebut untuk tetap berada di Heian-kyo, dan mengabaikan perintah kembali ke wilayah Kanto. Pada bulan yang sama, saingan Yoshitsune sekaligus perwira bekas pendamping Yoshitsune, Kajiwara Kegetoki mengirim surat kepada Yoritomo. Di dalam surat ini, Kagetoki menulis bahwa Yoshitsune telah berlagak sebagai satu-satunya pahlawan yang berjasa dalam menghancurkan klan Taira. Sementara itu, Yoshitsune tidak mengindahkan perintah Yoritomo dan tetap membawa Taira no Munemori dan putranya sebagai tawanan ke Kamakura. Yoshitsune berangkat dari Heian-kyo menuju Kamakura pada 7 Mei 1185. Sesampainya Yoshitsune di Kamakura, Yoritomo secara terang-terangan tidak mengizinkannya memasuki kota. Yoshitsune waktu itu dipaksa menunggu di kuil Manpuku-ji yang ada di Koshigoe, pinggiran kota Kamakura, dan hanya para tawanan saja yang diizinkan masuk kota. Pada 24 Mei 1185, Yoshitsune menulis surat pernyataan yang ditujukan kepada Yoritomo bahwa dirinya tidak bermaksud memberontak. Surat ini nantinya terkenal sebagai Surat Koshigoe (Koshigoe-jō) dan dititipkannya kepada Ōe no Hiromoto yang merupakan pengikut terpercaya Yoritomo. Surat bernada protes ini tidak ditanggapi Yoritomo.
Yoritomo memiliki sejumlah alasan untuk menyingkirkan Yoshitsune, termasuk kenaikan pangkat dan golongan yang diterima Yoshitsune dari kaisar tanpa persetujuan Yoritomo. Alasan lain adalah pertengkaran mengenai strategi sewaktu bertempur antara Yoshitsune dengan Kajiwara Kagetoki yang merupakan pengikut setia Yoritomo. Dalam persiapan menyerang posisi klan Taira, Yoshitsune pernah berselisih dengan Kagetoki sehubungan dengan perintah penggunaan kapal perang. Kagetoki melaporkan kepada Yoritomo tentang perbuatan Yoshitsune yang dianggap melanggar disiplin militer dan menurunkan moral prajurit. Laporan Kagetoki memang selalu dipercaya Yoritomo.
Di lain pihak, rakyat sangat menyenangi Yoshitsune sebagai pahlawan yang berhasil menghancurkan klan Taira. Kepopuleran Yoshitsune di mata rakyat menyebabkan kedudukan Yoritomo sebagai pemimpin klan Minamoto menjadi terancam. Yoritomo begitu kesal karena dirinya sendiri tidak cukup diberi wewenang dari kaisar untuk memberi kenaikan pangkat dan golongan bagi para bawahan. Selain itu, Surat Koshigoe yang ditulis Yoshitsune diperkirakan membuat kemarahan Yoritomo menjadi memuncak. Surat tersebut ditandatangani Yoshitsune sebagai "Minamoto no Yoshitsune", dan Yoritomo menganggap Yoshitsune memakai nama klan Minamoto untuk kepentingan pribadi. Pada waktu itu, Yoritomo memang baru saja mengeluarkan perintah tentang penggunaan nama keluarga Minamoto. Selain itu, di dalam pemerintahan Yoritomo sedang berlangsung pemberian gelar dan jabatan berdasarkan jasa-jasa. Yoritomo memang bermaksud tidak mengizinkan Yoshitsune dan Noriyori untuk menggunakan nama keluaga Minamoto. Nama keluarga Minamoto hanya boleh dipakai Yoritomo sendiri, dan sebagian kecil penasehat senior yang masih kerabat dekat.
Sewaktu masih di Kamakura, Yoshitsune diberi peringatan oleh Yoritomo karena menerima kenaikan pangkat dari kaisar tanpa seizin Yoritomo. Yoritomo melarang Yoshitsune untuk kembali ke Kamakura dan wilayah kekuasaannya dirampas. Pada 9 Juni 1185, Yoshitsune diperintahkan untuk kembali ke Kyoto dengan membawa Taira no Shigehira, Taira no Munemori serta putranya kembali ke Kyoto. Tentang kekecewaannya terhadap Yoritomo, Yoshitsune berpidato di hadapan para pasukan, "Untuk semua yang dendam dengan Yoritomo, kamu harus berpihak padaku." Ucapan Yoshitsune ini disampaikan ke Yoritomo yang menjadi berang dan langsung menyita semua wilayah kekuasaan Yoshitsune satu demi satu. Sementara itu, Yoritomo bertugas menghukum penggal pasangan bapak-anak Taira no Munemori di Provinsi Ōmi, dan mengirim Taira no Shigehira ke kuil Tōdaiji yang dulu pernah dibakar Shigehira. Sekembalinya Yoshitsune di Kyoto, Yoritomo merasa perlu mengetahui kegiatan Yoshitsune yang waktu itu sedang berada di rumah kediaman bernama Rokujōhorikawa. Pada bulan September 1185, Yoritomo mengutus Kajiwara Kagesue untuk menyelidiki Yoshitsune. Seperti pernah dilakukan terhadap Minamoto no Yoshinaka, kali ini Yoritomo memerintahkan Yoshitsune untuk membunuh pamannya sendiri, Minamoto no Yukiie yang berpihak pada Yoshinaka. Yoshitsune menolak perintah Yoritomo karena sedang sakit karena terlalu lelah bertempur dan tidak mau membunuh sesama Minamoto.
Pemberontakan
Di bulan berikutnya (Oktober 1185), Yoritomo memutuskan untuk menghabisi Yoshitsune. Yoritomo mengirim prajuritnya yang bernama Tosanobō Shōshun ke Kyoto. Pada 17 Oktober 1185, Tosanobō Shōshun dan sekitar 60 prajurit berkuda datang menyerbu ke rumah kediaman Yoshitsune di Horikawa. Minamoto no Yukiie yang berpihak pada Yoshitsune sudah menantikan kedatangan mereka dan penyerbuan berakhir dengan kekalahan pihak penyerang. Tosanobō Shōshun malah berhasil ditawan dan mengaku bahwa mereka hanya menjalankan perintah Yoritomo. Sementara itu, sang paman, Minamoto no Yukiie dan pengikutnya juga ikut menyatakan perang untuk menggulingkan Yoritomo. Yukiie dan pengikutnya sekali lagi berhasil mendapat restu dari Kaisar Go-Shirakawa untuk menyingkirkan Yoritomo. Tanggal 24 Oktober 1185 ternyata bertepatan dengan upacara agama Buddha (Hōyō) untuk memperingati hari meninggalnya ayah Yoritomo dan Yoshitsune. Pengikut klan Minamoto banyak yang berkumpul di kediaman Yoritomo di Kamakura untuk mengikuti upacara, dan sangat sedikit pengikut Yukiie yang setuju dengan rencana penyerangan terhadap Yoritomo. Keadaan makin bertambah buruk karena setelah itu kaisar mengeluarkan perintah untuk membunuh Yoshitsune.
Pada 29 Oktober 1185, Yoritomo memimpin pasukan untuk menghabisi Yoshitsune. Setelah mendengar rencana penyerangan pasukan Yoritomo, Yoshitsune merencanakan pergi ke Kyushu dan menggalang kekuatan di sana. Ketika pasukan Yoritomo sudah menyeberangi Sungai Kisegawa di Provinsi Suruga pada 1 November 1185, Yoshitsune dan pasukan meninggalkan Kyoto untuk bergabung dengan klan Kikuchi di Kyushu. Armada kapal Yoshitsune berangkat menuju Kyushu dari Pelabuhan Ōmonoura, Provinsi Settsu (sekarang kota Amagasaki). Di tengah perjalanan, kapal-kapal Yoshitsune tenggelam dihantam badai. Kapal-kapal yang tersisa terpaksa kembali di Provinsi Settsu dan rencana melarikan diri ke Kyushu menjadi batal. Sementara itu, Kaisar Goshirakawa pada 11 November 1185 mengeluarkan perintah penangkapan atas Yoshitsune dan Yukiie dan keduanya dalam status buron di semua provinsi. Keinginan Yoritomo untuk menangkap Yoshitsune begitu besar hingga mengutus Hōjō Tokimasa ke Kyoto untuk berunding supaya diberi kekuasaan untuk mengerahkan semua shugo dan jitō di semua provinsi untuk menangkap Yoshitsune.
Yoshitsune dan pengikutnya semakin terdesak, dan bersembunyi di kuil di Pegunungan Yoshino bersama selirnya, Shizuka Gozen. Tempat persembunyian mereka berhasil diketahui dan Yoshitsune diserang. Penyerbuan ini berakibat pada tertangkapnya Shizuka Gozen, namun Yoshitsune berhasil melarikan diri dan meminta perlindungan kepada Fujiwara no Hidehira. Sebagai buronan, Yoshitsune berhasil lepas dari berbagai usaha penangkapan. Yoshitsune meneruskan perjalanan hingga sampai di Provinsi Mutsu dan bersembunyi di Hiraizumi. Menurut legenda, perjalanan Yoshitsune dan pengikutnya menuju Provinsi Mutsu dilakukannya lewat rute Hokurikudō (pulau Honshu sisi Laut Jepang) sambil menyamar di antara rombongan Yamabushi yang meminta sumbangan bagi pembangunan kembali kuil Tōdaiji.
Kematian Yoshitsune
Fujiwara no Hidehira kuatir dengan kekuatan militer Yoritomo yang terus bergerak ke arah barat Kanto sampai ke Provinsi Mutsu dengan alasan untuk menghabisi Yoshitsune. Hidehira bermaksud menjadikan Yoshitsune sebagai shogun untuk menumbangkan pemerintah Kamakura pimpinan Yoritomo, tapi tidak sempat karena lebih dulu meninggal pada 29 Oktober 1187. Putra pewaris Hidehira, Fujiwara no Yasuhira berhasil ditekan Yoritomo untuk mau bekerja sama menghabisi Yoshitsune. Yasuhira melanggar wasiat sang ayah agar melindungi Yoshitsune dan membunuh adiknya sendiri, Fujiwara no Yorihira yang merupakan sahabat dekat dan pelindung Yoshitsune. Cerita lain mengatakan bukan Fujiwara no Yorihira yang dibunuh, melainkan Fujiwara no Tadahira. Pada 30 April 1189, sekitar 500 pasukan berkuda menyerang Yoshitsune yang hanya dilindungi belasan pasukan berkuda. Pada waktu diserang, Yoshitsune sedang berada di tempat bernama Koromogawa no tachi yang merupakan wilayah Fujiwara no Motonari (sekarang tempat ini disebut kota Ōshū). Dalam keadaan terkepung pasukan Hidehira, Yoshitsune sama sekali tidak berniat melawan, dan malah mengunci diri di ruang altar keluarga (jibutsudō). Setelah membunuh istri dan anak perempuannya yang masih berusia 4 tahun, Yoshitsune bunuh diri. Yoshitsune meninggal di usia 31 tahun.
Potongan kepala Yoshitsune dikirim ke Kamakura dengan dikawal adik Fujiwara no Yasuhira yang bernama Fujiwara no Takahira. Perjalanan ke Kamakura memakan waktu 43 hari, dan berdasarkan identifikasi potongan kepala oleh Wada Yoshimori dan Kajiwara Kagetoki, bisa dipastikan potongan kepala tersebut adalah milik Minamoto no Yoshitsune.
Menurut legenda, potongan kepala Yoshitsune dikuburkan dan dipuja di kuil Shirahata yang terletak di Fujisawa. Di kuil tersebut sekarang masih bisa dijumpai sumur tempat mencuci potongan kepala Yoshitsune.
Silsilah


Sumur yang menurut legenda airnya dipakai mencuci potongan kepala Yoshitsune
Yoshitsune memiliki 5 kakak laki-laki dan 1 adik laki-laki. Tiga orang kakak Yoshitsune merupakan kakak tiri dari lain ibu, secara berturut-turut: Yoshihira, Yoritomo, dan Noriyori. Ibu kandung Yoshitsune bernama Tokiwa Gozen. Selain Yoshitsune, Tokigawa Gozen masih memiliki 2 orang putra lagi yang bernama Ano Zenjō dan Gien. Kedua kakak Yoshitsune ini hidup sebagai biksu. Setelah menikah dengan suami kedua (Ichijō Naganari), Tokiwa Gozen melahirkan seorang putra bernama Ichijō Yoshinari.
Istri sah Yoshitsune adalah putri dari Kawagoe Shigeyori, sedangkan selirnya bernama Shizuka Gozen yang berprofesi sebagai Shirabyoshi. Keturunan Yoshitsune semuanya terdiri dari 3 orang putra, 2 orang putri. Satu-satunya putra Yoshitsune dengan Shizuka Gozen meninggal karena dibuang segera setelah dilahirkan di Yuigaura, Kamakura.
Selama berada di Provinsi Mutsu dan sebelum berselisih dengan Yoritomo, Yoshitsune sempat menikah dengan seorang wanita dan dikaruniai seorang anak perempuan. Putri Yoshitsune ini menikah dengan Minamoto no Aritsuna dari Izu (cucu Minamoto no Yorimasa dari klan Minamoto Settsu).
Lukisan potret
Sampai sekarang belum ditemukan lukisan potret Yoshitsune yang digambar oleh pelukis dari zaman yang sama. Berdasarkan bukti helm dan mantel tempur yang sekarang disimpan di kuil Ōyamazumi, tinggi badan Yoshitsune diperkirakan sekitar 150 cm.
Kisah Heike Monogatari mulai dikumpulkan tidak lama setelah Yoshitsune meninggal. Di dalam kisah ini, penampilan Yoshitsune digambarkan dengan teliti, di antaranya "pria berperawakan kecil, berkulit putih, dengan gigi sedikit tonggos". Penulis Heike Monogatari mungkin sengaja ingin mendiskreditkan sosok Yoshitsune, atau penilaian publik terhadap Yoshitsune pada waktu itu tidak terlalu baik. Dalam cerita lain mengenai Yoshitsune, Gikeiki (Kisah Yoshitsune), penampilan Yoshitsune justru sama sekali tidak disebut-sebut. Dalam cerita Heiji Monogatari, ibu kandung Yoshitsune (Tokigawa Gozen) digambarkan sebagai wanita yang luar biasa cantik pada zaman itu, sehingga dijadikan istri simpanan Minamoto no Yoshitomo (ayah Yoshitsune). Di dalam Heiji Monogatari, ayah Yoshitsune juga digambarkan sebagai pria tampan berpenampilan dingin.
Di zaman Edo, kisah Yoshitsune mulai banyak dipentaskan sebagai naskah kabuki dan sarugaku. Yoshitsune selalu ditampilkan sebagai pria tampan, dan sejak itu pula citra Yoshitsune sebagai pria tampan melekat hingga sekarang.
Pengikut Yoshitsune


Duel antara Yoshitsune dan Benkei di atas Jembatan Gojō (karya Utagawa Kuniyoshi)
• Minamoto no Aritsuna
• Musashibō Benkei
• Hitachibō Kaison
• Kamata Morimasa
• Kamata Mitsumasa
• Satō Tsugunobu
• Satō Tadanobu
• Ise Yoshimori
• Washio Yoshihisa
• Hori Kagemitsu
• Suruga Kiyoshige





Legenda dan mitos


Yoshitsune dan Benkei, lukisan ukiyo-e karya Yoshitoshi Tsukioka dari zaman Meiji
Yoshitsune terus dikenang orang sebagai ahli strategi berperang yang ulung namun harus mati dengan tragis. Orang Jepang mengungkapkan simpati kepada pihak yang lemah dengan mengambil contoh nasib Yoshitsune. Istilah Hōgan biiki berasal dari kata Hōgan yang digunakan untuk menyebut posisi yang diberikan Kaisar Go-Shirakawa kepada Yoshitsune. Perjalanan hidup Yoshitsune sering dikisahkan banyak orang, dan terus ditambah-tambah hingga menjadi cerita fiksi atau legenda. Kisah kepahlawanan Yoshitsune akhirnya menjadi lebih hebat dari kisah kehidupan yang sebenarnya.
Di antara legenda Yoshitsune yang paling terkenal adalah adegan duel antara Yoshitsune dengan Musashibō Benkei di Jembatan Gojō. Selain itu terdapat kisah Yoshitsune belajar seni berperang dari buku seni berperang Tiongkok, Liu tao dan San lue yang didapatnya dari hasil mencuri bersama Putri Minatsuru, anak dari Kiichi Hōgen seorang ahli Onmyōdō. Sementara itu, Musashibō Benkei terkenal dengan kisah Pertempuran Koromogawa. Benkei mempertahankan jembatan menuju istana melawan ratusan prajurit supaya Yoshitsune yang ada di dalam bisa melakukan bunuh diri. Peristiwa kematian Benkei dikenal dengan sebutan Benkei no Tachi Ōjō, karena Benkei tewas sambil terus berdiri dengan kaku. Kisah-kisah seperti ini mulai diceritakan orang di zaman Muromachi atau sekitar 200 tahun sesudah kematian Yoshitsune dalam cerita berjudul Gikeiki (Kisah Yoshitsune). Yoshitsune dikatakan banyak membaca buku kunci (tora no maki) dalam seni berperang seperti Liu tao sehingga bisa menang dalam Perang Genpei.

Legenda Yoshitsune tidak tewas
Simpati rakyat terhadap Yoshitsune melahirkan kisah-kisah bahwa Yoshitsune tidak tewas di Koromogawa. Yoshitsune berhasil menyelamatkan diri dan lari ke negeri di sebelah utara. Salah satu Otogizōshi asal zaman Muromachi yang berjudul Onzōshi shimawatari dijadikan model untuk Legenda perjalanan Yoshitsune ke negeri utara. Dalam cerita Onzōshi shimawatari, Yoshitsune yang masih remaja dan belum jadi musuh Yoritomo, pergi menyeberang ke Watarijima (sebutan untuk Hokkaido sekarang). Di tengah perjalanan, Yoshitsune bertemu dengan berbagai macam monster dan makhluk mengerikan. Sejalan dengan bertambahnya pengetahuan orang Jepang pada waktu itu tentang Suku Ainu, para pencerita keliling menambah-nambah kisah Onzōshi shimawatari. Cerita tersebut akhirnya berubah menjadi legenda Yoshitsune melarikan diri ke Hokkaido dan menjadi raja Suku Ainu di sana.
Legenda Yoshitsune menjadi Jengis Khan
Di antara berbagai kisah pelarian Yoshitsune ke negeri utara, legenda Yoshitsune menjadi Jenghis Khan adalah legenda yang paling aneh di Jepang. Legenda ini didasarkan pada beberapa kebetulan. Yoshitsune diduga bunuh diri pada tahun 1189, sedangkan nama Jenghis Khan pertama kali disebut-sebut dalam buku sejarah Tiongkok di sekitar tahun 1200. Dalam legenda Yoshitsune adalah Jenghis Khan, Yoshitsune melarikan diri ke Hokkaido dan menyeberang ke daratan Tiongkok. Di dataran Mongolia, Yoshitsune menjadi pemersatu berbagai suku Mongolia dan diangkat sebagai Jenghis Khan.
Asal-usul kisah ini adalah lambang Jenghis Khan yang mirip dengan lambang klan yang disebut Sasarindō pada bendera klan Minamoto. Aksara kanji untuk menuliskan nama Minamoto no Yoshitsune, bila dibaca seperti membaca aksara hanzi berbunyi "Gengikei" yang agak terdengar seperti "Jenghis". Legenda ini memang tidak didasarkan bukti-bukti yang bisa dipercaya. Lambang Sasarindō hanya dipakai klan Minamoto (Murakami Genji), sedangkan Yoshitsune walaupun menyandang nama Minamoto, berasal dari klan Seiwa Genji yang tidak memakai lambang klan Sasarindō. Walaupun Jenghis Khan diketahui memiliki tahun lahir yang berbeda-beda, Jenghis Khan berasal dari garis keturunan yang jelas dan tidak ada hubungannya dengan Yoshitsune.
Legenda Jengis Khan adalah Yoshitsune dibuat orang Jepang yang mulai melihat ke utara pada zaman Edo. Pada waktu itu juga beredar cerita palsu tentang Kaisar Qianlong asal Dinasti Qing yang mengaku "nenek moyangnya adalah keturunan klan Minamoto, namanya Yoshitsune. Aksara kanji untuk 'Qing' berasal dari aksara kanji yang digunakan untuk menulis nama Kaisar Seiwa." Lebih jauh lagi menurut dokumen palsu berjudul Kinshi Beppon (Buku Lain Sejarah Dinasti Jin) yang merupakan karangan orang Jepang,[2] Minamoto no Yoshitsune merupakan salah satu jenderal Dinasti Jin.
Budaya populer
Manga
• Phoenix karya Osamu Tezuka
• Samurai karya Masatoshi Kawahara
• Genpeiden NEO karya Satoru Akahori
• Shanaou Yoshitsune karya Sawada Hirofumi
Drama televisi
• Minamoto no Yoshitsune, Taiga drama NHK (1966)
Kikugorō Onoe VII sebagai Yoshitsune
• Shin-Heike Monogatari, Taiga drama NHK (1972)
Tarō Shigaki sebagai Yoshitsune
• Kusa Moeru, Taiga drama NHK (1979)
Kunihiro Tomoyuki sebagai Yoshitsune
• Musashibō Benkei, NHK (1986)
Kawano Tarō sebagai Yoshitsune
• Minamoto no Yoshitsune, TBS (1990)
Higashiyama Noriyuki sebagai Yoshitsune
• Minamoto no Yoshitsune, NTV (1991)
Nomura Hironobu sebagai Yoshitsune
• Homuratatsu, Taiga drama NHK (Juli 1993 - Maret 1994)
Nomura Hironobu sebagai Yoshitsune
• Yoshitsune Taiga drama NHK (2005)
Hideaki Takizawa sebagai Yoshitsune, Ryunosuke Kamiki sebagai Ushiwaka
Film
• Minamoto no Yoshitsune (1955, sutradara: Ryō Hagiwara)
• Minamoto no Kurō Yoshitsune (1962, sutradara: Sadatsugu Matsuda
• Gojo reisenki: Gojoe (2000, Tadanobu Asano sebagai Shanao, sutradara: Sogo Ishii)
Buku
• Novel fiksi Shike karya Robert Shea berkisah tentang Perang Gempei dan latar belakangnya, dengan salah satu tokoh protagonisnya yang bernama Muratomo no Yukio didasarkan pada Yoshitsune.
Catatan kaki
1. ^ Hōgan biiki. Hatena. Diakses pada 21 Maret
2. ^ Yoshitsune=Jenghis Khan: densetsu o ou (義経=ジンギスカン伝説を追う). Osaka Prefectural Nakanoshima Library. Diakses pada 21 Maret
Daftar pustaka
• Hishinuma Kazunori (菱沼一憲), Minamoto no Yoshitsune no Kassen to Senryaku: sono Densetsu to Kyozō (源義経の合戦と戦略 その伝説と虚像), Kadokawa Sensho, 2005, ISBN 404703374X
• Kadokawa Genyoshi (角川源義) dan Takada Minoru (高田実), Minamoto no Yoshitsune, Kadokawa Shinsho, 1966.
• Takahashi Tomio (高橋富雄), Yoshitsune Densetsu: Rekishi no Kyojitsu (義経伝説 歴史の虚実), Chūokō Shinsho, 1966.
• Gomi Fumihiko (五味文彦), Minamoto no Yoshitsune, Iwanami Shinsho, 2004, ISBN 400430914-X
Pranala luar
• (en) Biografi Yoshitsune Situs web JAANUS
• (en) Minamoto Yoshitsune Situs web Samurai Archives
• (ja) Azuma Kagami Kronologi sejarah
• (ja) Genpei Seisuiki Kisah perang antara klan Taira dan klan Minamoto
• (ja) Gikeiki Kisah kehidupan Yoshitsune
• (ja) Kisah Minamoto Yoshitsune
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Minamoto_no_Yoshitsune"
Kategori: Samurai | Kelahiran 1159 | Kematian 1189

Kelahiran Doraemon

Kelahiran Doraemon

hmj sejaraah undip


Semarang & Sekitarnya
16 Nopember 2009
Belajar Sejarah di Kali Semarang
’’Sejarah itu bukan hanya catatan tanggal dan nama-nama, Florencio, sejarah itu sering juga masih tersisa di rerumputan, terpendam dalam angin, menghampar dari balik ombak.’’ (Dialog dalam cerpen ’’Pelajaran Sejarah’’ karya Seno Gumira Ajidarma)

BELAJAR sejarah dari buku? Itu cara konvensional. Sejarah, seperti diungkapkan Seno Gumira, masih menyisakan jejaknya di kekinian. Maka, pembelajaran sejarah bisa dilakukan dengan menangkap jejak yang berserak di puing-puing masa lalu.

Tampaknya, itulah semangat yang melatari penyelenggaraan Heritage Walk III 2009, Sabtu (24/11) lalu. Acara kolaborasi Yayasan Widya Mitra, Erasmus Huis, Akaba 17, Jurusan Arsitektur Unika Soegijapranata, dan HMJ Sejarah Undip itu mengajak peserta—yang sebagian besar anak muda—belajar sejarah secara insitu.

Dengan tema ”The Water Front: Semarang, Kanalen, en Havenstad”, peserta diajak menyusuri jalur transportasi sungai Semarang tempo dulu. Mereka mengunjungi sejumlah situs penting yang terdapat di sepanjang Kali Semarang: Kampung Melayu, Pelabuhan Lama, kawasan Sleko, Pecinan, dan Lawangsewu.

Kampung Melayu adalah permukiman lama para pendatang dari tanah seberang. Mereka membentuk komunitas dan membangun peradabannya di tempat itu.

Situs-situs sejarah yang masih terjumpai antara lain, bangunan lama di sepanjang Jalan Layur, dengan landmark utamanya Masjid Menara.
Pelabuhan Lama pada masa lalu merupakan pintu utama kedatangan kapal dari luar pulau. Tempat itu ditandai oleh mercusuar Willem III yang dibangun pada1884.

Meski bermasalah dengan penurunan muka tanah, mercusuar itu hingga kini masih berfungsi.

Sleko

Sementara Sleko merupakan tempat kapal-kapal bersandar untuk kemudian melanjutkan perjalanan menyusuri Kali Semarang. Puing bangunan Kleine Boom en Uitkijk masih berdiri hingga sekarang. Pada masa lalu, bangunan ini berfungsi sebgai pelabuhan kecil yang dilengkapi menara pandang untuk mengatur bongkar muat pedagang kecil yang hendak memasok kebutuhan warga Kota Semarang.

Pecinan merupakan permukiman pendatang dari Cina. Dalam perkembangannya, tempat ini menjadi kawasan bisnis penting. Hingga awal abad ke-20, perahu-perahu kecil—melalui Kali Semarang— masih bisa mencapai kawasan ini. Mereka membongkar muatan di tempat yang kini bernama Sebandaran.

Lawangsewu, meski tak berkait langsung dengan sistem transportasi sungai, lokasinya berada di tepi Kali Semarang. Di sinilah perjalanan peserta Heritage Walk berakhir. Namun sebelumnya, mereka berdiskusi tentang perkembangan Kali Semarang sebagai jalur transportasi di masa silam, dengan pembicara dosen arsitektur Unika Soegijapranata, Dr Ir Krisprantono.

Satrio Seno Prakoso dari Yayasan Widya Mitra menjelaskan, Heritage Walk kali ini merupakan penyelenggaraan kali ketiga. Heritage Walk I pada 2007 bertema “Menyemai Cinta Warisan Budaya”. Tahun berikutnya mengusung tema “Railway to The Past”.

“Kami ingin mengajak masyarakat, terutama anak-anak muda mencintai warisan sejarah dan budayanya. Khusus tahun ini difokuskan pada peninggalan yang berkait dengan jalur transportasi sungai. Ini penting dipahami, karena transportasi sungai pernah hidup, dan karenanya Semarang beroleh julukan Venesia van Java,” kata Seno.(Rukardi-87)

MAKALAH BENDA CAGAR BUDAYA SEBAGAI IDENTITAS YANG TIDAK BISA TERPISAHKAN BAGI KOTA SEMARANG Di susun sebagai tugas pendelegasian IKAHIMSI di UNIMED



MAKALAH
BENDA CAGAR BUDAYA SEBAGAI IDENTITAS YANG TIDAK BISA TERPISAHKAN BAGI KOTA SEMARANG
Di susun guna memenuhi tugas pendelegasian IKAHIMSI di UNIMED.








Di susun oleh :
Nama : 1. NURUL IMAN
2. M. NUR ROCHIM
3. PETRA WAHYU UTAMA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS ILMU BUDAYA
JURUSAN ILMU SEJARAH
SEMARANG

KATA PENGANTAR


Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada para Bapak/Ibu dosen jurusan sejarah FIB dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Penulis mengucapkan banyak terimakasih terhadap semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini serta Tuhan YME atas segala karunianya.
Melihat akan banyaknya kekurangan dalam isi maupun materi dalam makalah ini maka penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Semarang, 28 maret 2010


Penulis Mahasiswa Sejarah UNDIP













BAB I
PENDAHULUAN

Pemeliharaan dan Pelestarian Warisan Benda Cagar Budaya merupakan benda warisan kebudayaan nenek moyang yang masih bertahan sampai sekarang. Benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting, artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan baik di masa kini maupun masa yang akan datang. Dengan demikian perlu dilindungi dan dilestarikan demi pemupukan kesadaran jati diri bangsa dan kepentingan nasional. Sebagai kekayaan budaya bangsa, benda cagar budaya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Menurut UUCB No. 5 th 1992, yang dimaksud dengan benda Cagar Budaya adalah.
a. benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
b. benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.

Kota SEMARANG banyak menyimpan tinggalan Benda Cagar Budaya, yang sampai sekarang tinggal reruntuhan ataupun yang masih utuh. Untuk menjaga kelestarian Benda Cagar Budaya tentunya membutuhkan perlakuan khusus dalam menanganinya. Benda cagar budaya secara garis besar bisa dibedakan meniadi dua yaitu benda cagar budaya yang pada saat ditemukan sudah tidak dimanfaatkan lagi seperti fungsi semula atau sering disebut dead monument dan benda cagar budaya yang masih dimanfaatkan seperti fungsi semula atau living monument. Dari segi pengelolaannya benda cagar budaya yang merupakan dead monument atau monumen mati hampir keseluruhannya dikelola oleh Pemerintah, sedangkan living monument atau monumen hidup ada yang dikelola oleh Pemerintah dan ada pula yang dikelola oleh masyarakat, kelompok atau perorangan.

Mengingat benda cagar budaya biasanya berumur lebih dari 50 tahun, maka sudah selayaknya bila mengalami kerusakan. Oleh karena itulah perlunya perlindungan dan pemeliharaan benda cagar budaya. Perlindungan dan pemeliharaan atau pengelolaan benda cagar budaya dan situs pada dasarnya menjadi tanggung jawab Pemerintah, meskipun demikian masyarakat, kelompok, atau perorangan dapat berperan serta. Bahkan masyarakat yang memiliki atau menguasai benda cagar budaya dibebani pula kewajiban untuk melindungi dan melestarikannya lengkap dengan sanksi hukumnya.



A. LATAR BELAKANG MASALAH



Artikel Terkait:
• Kawasan Bersejarah, Siapa Bertanggung Jawab?
• Menebar Virus di Kota Tua
• Bersikap Arif di Kawasan Bersejarah
• Meniti Kayu Bekas Gudang Abad Ke-17
Pemandangan di Kota Lama Semarang, Jawa Tengah dengan atap Gereja Blenduk muncul di tengah-tengahnya. Disebut gereja blenduk karena atapnya berbentuk kubah.
MELUNCUR di kawasan Kota Lama Semarang ada magnet lain yang akan menarik kita ke abad silam. Magnet itu begitu kuat manakala bangunan tua membentang ke manapun mata mengarah. Bangunan yang tersebar itu tampak relatif masih terawat, masih berbentuk bangunan, meskipun ada di antara bangunan itu yang bentuknya sudah setengah roboh. Tapi secara keseluruhan, kawasan lama berjuluk Little Holland ini jauh lebih menarik daripada kawasan yang berlabel Little Amsterdam - Kota Tua Jakarta.

Perwujudan seni dalam bentuk arsitektur bangunan mewarnai kawasan bekas kota bandar internasional yang terletak di pinggir pantai dengan muara Kali Garang yang bisa dilayari. Pramoedya Ananta Toer dalam buku Jalan Raya Pos, Jalan Daendels menggambarkan bahwa Semarang sejak dulu adalah daerah genangan Kali Garang.


Pramoedya Ananta Toer menulis, setelah jatuh ke tangan VOC pada 15 Januari 1678 maka mulai 1743 Semarang menjadi tempat kedudukan Gubernur Pantai Utara-Timur Jawa. Semasa kekuasaan Daendels Semarang menjadi kedudukan kepala Landrostambt dan semasa Raffles menjadi kedudukan Residen.
Arsitektur bangunan di kawasan Kota Lama Semarang beragam. Ada Gereja Blenduk (Nederlandsch Indische Kerk) bikinan 1750 dengan atap kubah yang dipugar pada 1894. Di hadapan gereja ini berdiri gedung karya Thomas Karsten di tahun 1916 yang kini menjadi gedung Asuransi Jiwasraya. Jalanan di kawasan ini kini ber-paving karena terlalu sering diterjang banjir. Tak lupa bangunan Stasiun Tawang yang mencoba tetep bertahan dari terjangan rob. Belum lagi Pasar Semawis yang menghidupkan Pecinan tak jauh dari Kota Lama.

Meski bagi warga Semarang, kawasan Kota Lama menjadi kawasan buangan yang kurang perhatian dari pemerintah setempat, namun bagi warga lain, seperti Jakarta, pastinya kawasan ini jauh lebih hidup. Barangkali, dipadankan dengan Kota Tua Jakarta, kawasan Kota Lama Semarang punya bangunan hidup yang relatif lebih banyak, pun lebih banyak bangunan utuh lantas dipadu jalanan ber-paving tadi. Apalagi ketika melihat atap si Blenduk menyembul di antara bangunan tua lain, bernaung di bawah langit sore. Sempurna cantiknya.

Memang, jika dilihat seksama, kawasan ini belum tertata baik, semisal, begitu semrawutnya lalulintas kabel yang menghalangi pemandangan pada gedung-gedung tua di seluruh kawasan. Jadi mereka yang akan mengambil gambar harus berputar-putar mencari cara agar jalinan kabel yang berseliweran di atas tak menghalangi panorama yang akan diambil.

Keberadaan Semarang diawali tahun 1476 dengan kedatangan utusan Kerajaan Demak (Ki Pandan Arang) untuk mengislamkan semenanjung Pulau Tirang (kini daerah Murgas dan Bergota, Semarang). Kawasan yang subur ini, konon, pohon asem masih jarang (dalam bahasa Jawa menjadi arang) sehingga nama asem arang itu berubah menjadi Samarang kemudian Semarang. Dalam buku Kota Lama Kota Baru: Sejarah Kota-kota di Indonesia, ada satu makalah berjudul Pemukiman Rakyat di Semarang Abad XX: Ada Kampung Ramah Anak, Radjimo Sastro Wijono menulis sejarah Semarang.

Radjimo juga menuliskan tentang orang China pertama yang ada di kawasan Pulau Tirang yaitu Sam Po Tay Djin yang sudah ada sebelum Ki Pandan Arang tiba di sana. Sam Po Khong, klenteng, menjadi tengara keberadaan Sam Po tay Djin. Sejak abad 18 Semarang mengalami tiga kali perubahan batas kota dan di abad 19 kota ini disebut sebagai Kota Batavia kedua.

Di abad 19, pusat strategis kota dihuni oleh kelompok ras Eropa. Disebutkan oleh Radjimo, ras tersebut menghuni Zeestraat (kini Jalan Kebon Laut): Poncol, Pendrikan, kawasan Kota Lama (sebelah timur Jembatan Berok). Sampai-sampai Domine Baron van Hoevell, seorang pendeta yang berkunjung ke Semarang tahun 1847 menyatakan, permukiman orang Eropa di timur Jembatan Berok itu seperti kota kecil di Eropa.

Kota Lama semula ada di dalam benteng yang konon dibangun 1705 dan dihancurkan pada 1824. Kota Lama terus berkembang hingga setelah 1945 Belanda angkat kaki. Kota Lama yang pernah jadi pusat politik dan ekonomi ini makin hari makin merana, ditinggalkan.

Sementara itu Jakarta dimulai pada 1527 yaitu ketika Fatahillah berhasil mengenyahkan Pajajaran dan Portugis dan mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Di tahun 1619 VOC yang dipimpin oleh JP Coen menaklukkan Jayakarta dan membakar kota itu untuk kemudian mendirikan Batavia. Kota ini terus berkembang ke arah selatan hingga awal abad 20 di mana Kalibesar menjadi etalase bangunan dan jadi pusat perekonomian. Kawasan seluas 846 hektar itu kemudian juga ditinggalkan karena pusat ekonomi dan politik makin berkembang ke arah lebih selatan lagi ke arah pusat.





















BAB II
BENDA CAGAR BUDAYA
A. PENGERTIAN BENDA CAGAR BUDAYA
Benda Cagar Budaya adalah suatu bangunan,benda dan tempat yang dilarang dibongkar dan diubah dari bentuk aslinya karena mempunyai nilai sejarah yang bermanfaat untuk menunjukkan symbol dan identitas suatu bangsa,Negara atau daerah tertentu yang menjadi saksi dalam menjalani suatu proses perubahan zaman dan perkembangan kehidupan , apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar, atau tidak layak tegak berdiri dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya. Pemeliharaan dan perawatan bangunan harus menggunakan bahan yang sama/sejenis atau memiliki karakter yang sama dengan mempertahankan detail ornamen bangunan yang telah ada. Dalam upaya revitalisasi dimungkinkan adanya penyesuaian/perubahan fungsi sesuai rencana kota yang berlaku tanpa mengubah bentuk bangunan aslinya. Di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang menjadi satu kesatuan utuh dengan bangunan utama.
B. FUNGSI BENDA CAGAR BUDAYA
Fungsi benda cagar budaya mempunyai beberapa criteria dan suatu bangunan perlu untuk dilestarikan, sebab di lihat dari;
a. Nilai Obyeknya sendiri
- Obyek tersebut merupakan contoh yang baik dari gaya arsitektur tertentu atau hasil karya arsitek terkenal.
- Obyek mempunyai nilai estetik, didasarkan pada kualitas exterior maupun interior dalam bentuk maupun detil
- Obyek merupakan contoh yang unik dan terpandang untuk periode atau gaya tertentu.
b. Fungsi Obyek dalam Lingkungan
- Kaitan antara. Obyek dengan bangunan lain atau ruang kota, misalnya jalan, taman, penghijauan kota,dll yang berkaitan dengan kualitas arsitektur/urban secara menyeluruh.
- Obyek merupakan bagian dari kompleks bersejarah dan jelas berharga untuk dilestarikan dalam tatanan itu.
- Obyek mempunyai landmark yang mempunyai karakteristik dan dikenal dalam kota atau mempunyai nilai emosional bagi penduduk kota.
c. Fungsi Obyek dalam lingkungan social dan budaya
- Obyek dikaitkan dengan kenangan historis
- Obyek menunjukkan fase tertentu dalam sejarah dan perkembangan kota.
- Obyek yang mempunyai fungsi penting dikaitkan dengan aspek-aspek fisik, emosional, atau keagamaan, seperti masjid atau gereja.
Bertolak dari hal tersebut di atas maka, diperlukan peran serta aktif semua pihak untuk melestarikan bangunan bersejarah, khususnya di Semarang dalam mengelola Benda Cagar Budaya. Pemugaran yang dilakukan untuk melestarikan bangunan keaslian Benda Cagar Budaya, seringkali tidak tepat sasaran, bahkan menghilangkan keaslian dari bangunan tersebut. Pemugaran adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengembalikan keaslian bentuk benda cagar budaya dan mernperkuat strukturnya bila diperlukan, yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi arkeologis, historis, dan teknis dalam upaya pelestarian benda cagar budaya. Pemugaran dapat atau meliputi kegiatan “restorasi, rekonstruksi, rehabilitasi, dan konsolidasi.”
a. Restorasi benda cagar budaya adalah suatu kegiatan pemugaran yang mengarah pada pekerjaan yang bersifat membongkar bangunan asli secara menyeluruh, tetapi tidak mengadakan penggantian bahan bangunan secara menyeluruh.
b. Rekonstruksi adalah kegiatan penyusunan kembali struktur bangunan yang rusak/runtuh yang pada umumnya bahan-bahan bangunan yang asli sudah banyak yang hilang. Dalam hal ini dapat menggunakan bahan-bahan bangunan yang baru tetapi harus sesuai dengan bahan aslinya.
c. Rehabilitasi adalah satu bentuk pemugaran yang sifat pekerjaannya hanya memperbaiki bagian-bagian bangunan yang mengalami kerusakan. Hal ini berlaku pada tingkat kerusakan yang kecil.
d. Konsolidasi adalah pemugaran yang hanya bersifat memperkuat bagian bangunan yang rusak. Kegiatannya hanya dilakukan di tempat-tempat tertentu saja, dan tidak membongkar bangunan keseluruhan.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai warisan budaya masa lalu. Pelestarian budaya warisan masa lalu merupakan tanggung jawab kita bersama, untuk melestarikan nilai-nilai luhur budaya nenek moyang kita. Warisan budaya masa lalu merupakan sarana untuk mempelajari dan menelusuri sejarah dan budaya masa lalu yang perlu dilestarikan keberadaannya. Pelestarian benda cagar budaya merupakan inspirasi bagi kelanjutan perjuangan kita dan menjauhkan terjadinya keterasingan sejarah yang dapat mengakibatkan kemiskinan budaya. Maka perlu ditumbuh kembangkan pemahaman tentang pelestarian benda cagar budaya, sehingga selalu diperhatikan keserasian, keseimbangan, dan kesinambungan antara aspek fisik dan aspek sosial budaya. Kedua aspek itu tidak dapat dipisahkan untuk mendukung upaya pelestarian benda cagar budaya. Bantuan dan dukungan masyarakat sangat diperlukan, karena pada hakekatnya pelestarian benda cagar budaya tersebut menjadi tanggung jawab kita. Untuk itulah sebagai bangsa yang besar dan berbudaya marilah kita lestarikan warisan kebudayaan masa lalu untuk kebesaran bangsa tercinta.
C. PERLINDUNGAN HUKUM WARISAN BUDAYA

"Benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan demi pemupukan kesadaran jatidiri bangsa dan kepentingan nasional". Inilah salah satu isi diktum pertimbangan UU No 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

Pentingnya perlindungan dan pelestarian warisan budaya dan sejarah ini juga menjadi kebutuhan dan tuntutan masyarakat internasional. Hal ini dapat dilihat dalam Laporan Kongres PBB ke-VII tentang Pencegahan Kejahatan dan Pembinaan Narapidana di Navana, Cuba, tanggal 27 Agustus s/d 7 September 1990,yang antara lain menyangkut :
1. Pencurian/penyelundupan barang-barang kebudayaan berharga;
2. Kelengkapan peraturan perundang-undangan dalam rangka memberikan perlindungan dengan barang-barang peninggalan budaya; dan
3. Perlawanan terhadap lalu lintas internasional atas barang-barang.
Indonesia adalah Negara yang memiliki kekayaan budaya. Menurut Arsin Nalam, tujuan pelestarian benda-benda kuno adalah agar masyarakat dapat memahami sejarah, sekaligus juga menghargai karya cipta yang melekat pada benda kuno, sedangkan kecintaan nasional terhadap benda-benda kuno akan menumbuhkan harga diri bangsa. Pemahaman sejarah tanpa bentuk nyata akan sulit menumbuhkan kebanggaan nasional
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 27 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470)
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 134 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4247)
3. Pasal 15 ayat (1) UU No. 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya (BCB) menyebutkan: “setiap orang dilarang merusak benda cagar budaya dan situs serta lingkungannya. Dan bagi yang melakukan perusakan dapat dikenai sanksi pidana sebagaimana diatur Pasal 26 UU yang sama.




















BAB III
KONSERVASI

A. Konservasi dalam lingkup bangunan dan lingkungan

Konservasi dalam lingkup bangunan dan lingkungan:
Konservasi atau pelestarian dalam bidang arsitektur dan lingkungan binaan, mula-mula berawal dari konsep preservasi yang bersifat statis, kemudian dari konsep yang statis tersebut berkembang menjadi konsep konservasi yang bersifat dinamis dengan cakupan yang lebih luas lagi. Sasarannya tidak terbatas pada objek arkeologis saja, melainkan meliputi juga karya arsitektur lingkungan dan kawasan, dan bahkan kota bersejarah dan pada akhirnya, konservasi menjadi payung dari segenap kegiatan pelestarian lingkungan binaan yang mencakup preservasi, restorasi, rehabilitasi, rekonstruksi, adaptasi, dan revitalisasi. Tujuan dari itu semua adalah untuk memelihara bangunan atau lingkungan sedemikian rupa, sehingga makna kulturalnya yang berupa: nilai keindahan, sejarah, keilmuan, atau nilai sosial untuk generasi lampau, masa kini dan masa datang akan dapat terpelihara.

1. Apa yang dimaksud dengan konservasi area? (What is a Conservation Area?)

Konservasi area sebenarnya dapat meliputi beberapa hal, seperti perdesaan (rural), perkotaan (urban), arkeologi (archeology), atau natural area yang mempunyai kualitas spesial, dan patut untuk dilindungi. Konservasi area direncanakan/ditentukan berdasarkan beberapa alasan:
1. untuk melindungi lingkungan atau konteks dari kelompok elemen-elemen kultural, bersejarah (historical), estetik (aesthetic) atau nilai keilmuan (scientific value);
2. untuk menuntun dan mengatur perkembangan baru;
3. untuk mengurangi atau mengeliminasi ancaman yang spesifik seperti, pengembangan skala-besar, jalan-jalan, penzoningan kembali atau tekanan perkembangan;
4. untuk memberi insentif pengembangan dengan perlindungan bagi benda-benda yang mempunyai nilai dan menetapkan kriteria desainnya;
5. untuk mendapatkan pengakuan pada sebuah area dan mempromosikan nilai-nilainya; atau
6. untuk melindungi lingkungan, atau dilihat dari pandangan national monument.
Kemudian bagaimana dengan pemahaman arti area itu sendiri? Penentuan dari konservasi area tersebut diartikan bahwa kualitas yang spesial dari area itu dilindungi dan pengembangannya layak untuk diberikan. Pemilik, pengembang, arsitek, perencana, dan pemerintah yang berwenang akan menjaga bahwa pengembangan area itu sangat sensitif, dan bahwa perubahan tidak akan menghancurkan kualitas spesial yang diberikan sebagai makna budaya, dengan demikian konservasi area dapat diidentifikasi setelah survei komprehensif dan analisis kualitas pada area itu dilakukan.

2. Konsep Konservasi
Konsep awal dari pelestarian adalah konservasi, yaitu pengawetan benda-benda monumen dan sejarah (lazimnya dikenal sebagi preservasi), dan akhirnya hal itu berkembang pada lingkungan perkotaan yang memiliki nilai sejarah serta kelangkaan yang menjadi dasar bagi suatu tindakan konservasi. Pada dasarnya, makna suatu konservasi dan preservasi tidak dapat terlepas dari makna budaya (Kerr, 1992). Untuk itu, konservasi merupakan upaya memelihara suatu tempat berupa lahan, kawasan, gedung maupun kelompok gedung termasuk lingkungannya (Danisworo, 1991). Di samping itu, tempat yang dikonservasi akan menampilkan makna dari sisi sejarah, budaya, tradisi, keindahan, sosial, ekonomi, fungsional, iklim maupun fisik (Danisworo, 1992). Dalam perencanaan suatu lingkungan kota, unit dari konservasi dapat berupa sub bagian wilayah kota bahkan keseluruhan kota sebagai sistem kehidupan yang memang memiliki ciri atau nilai khas. Dengan demikian, Peranan konservasi bagi suatu kota bukan semata bersifat fisik, namun mencakup upaya mencegah perubahan sosial.
Konsep yang dirumuskan untuk melakukan pekerjaan konservasi hendaklah disusun dalam suatu rencana (conservation plan) berdasarkan:
1. Penetapan objek konservasi, suatu upaya pemahaman dalam menilai aspek budaya suatu objek dengan tolok ukur estetika, kesejarahan, keilmuan, kapasitas demonstratif serta hubungan asosiasional; dan.
2. Perumusan kebijakan konservasi suatu upaya merumuskan informasi tentang nilai-nilai yang perlu dilestarikan untuk kemudian dijadikan sebagai landasan penyusunan strategi pelaksanaan konservasi.
Konservasi merupakan bagian integral dari perancangan kota, menurut Sirvani (1985), meliputi rumusan kebijakan, rencana, pedoman, dan program. Dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kebijakan Perancangan Kota, merupakan kerangka strategi pelaksanaan yang bersifat spesifik.
2. Rencana Perancangan Kota, merupakan produk penting dalam perancangan kota yang berorientasi pada produk maupun proses;
3. Pedoman Perancangan Kota, dapat berupa pengendalian ketinggian bangunan, bahan, setback, proporsi, gaya arsitektur, dan sebagainya; dan
4. Program Perancangan Kota, biasanya mengacu pada proses pelaksanaan atau pada seluruh proses perancangan.
Menurut Shirvani (1985), menggunakan terminologi tersebut untuk mengacu pada aspek perencanaan dan perancangan yang dapat memelihara dan melestarikan lingkungan yang telah ada maupun yang hendak diciptakan. Dengan demikian diharapkan akan didapatkan:
a. Kegiatan konservasi dan preservasi -sebagai bagian dari pelestarian- merupakan usaha meningkatkan kembali kehidupan lingkungan kota tanpa meninggalkan makna kultural maupun nilai sosial dan ekonomi kita;
b. Arahan konservasi suatu kawasan berskala lingkungan maupun bangunan, perlu dilandasi motivasi budaya, aspek estetis, dan pertimbangan segi ekonomi; dan
c. Preservasi dan konservasi yang mengejawantahkan simbolisme, identitas suatu kelompok ataupun aset kota, perlu dilancarkan.

Pada bagian lain, sasaran konservasi perlu dirumuskan secara tepat di antaranya (Budihardjo, 1989): - Mengembalikan wajah objek konservasi; - Memanfaatkan objek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini; - Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu yang tercermin dalam objek pelestarian; dan - Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota dalam wujud fisik tiga dimensi. Akan tetapi dalam penjabaran konsep di atas, perlu dirumuskan: - Tolok ukur, kriteria, dan motivasi dari konservasi; dan - Bagian-bagian bangunan atau tempat yang akan dikonservasi, atau bagian kota yang akan dilestarikan.
Beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam proses penentuan konservasi adalah sebagai berikut:
a. Kriteria Arsitektural, suatu kota atau kawasan yang akan dipreservasikan atau dikonservasikan memiliki kriteria kualitas arsitektur yang tinggi, di samping memiliki proses pembentukan waktu yang lama atau keteraturan dan keanggunan (elegance);
b. Kriteria Historis, kawasan yang akan dikonservasikan memiliki nilai historis dan kelangkaan yang memberikan inspirasi dan referensi bagi kehadiran bangunan baru, meningkatkan vitalitas bahkan menghidupkan kembali keberadaannya yang memudar;
c. Kriteria Simbolis, kawasan yang memiliki makna simbolis paling efektif bagi pembentukan citra suatu kota.
Kategori mempertimbangkan objek yang akan dikonservasi dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Nilai (value) dari objek, mencakup nilai estetik yang didasarkan pada kualitas bentuk maupun detailnya. Suatu objek yang unik dan karya yang mewakili gaya zaman tertentu, dapat digunakan sebagai contoh, suatu objek konservasi;
2. Fungsi objek dalam lingkungan kota, berkaitan dengan kualitas lingkungan secara menyeluruh. Objek merupakan bagian dari kawasan bersejarah dan sangat berharga bagi kota. Objek juga merupakan landmark yang memperkuat karakter kota yang memiliki keterkaitan emosional dengan warga setempat; dan
3. Fungsi lingkungan dan budaya, penetapan kriteria konservasi tidak terlepas dari keunikan pola hidup suatu lingkungan sosial tertentu yang memiliki tradisi kuat, karena suatu objek akan berkaitan erat dengan fase perkembangan wujud budaya tersebut.
3. Revitalisasi

Jika revitalisasi kawasan Kota Lama Semarang sudah dimulai tahun 2003, maka revitalisasi Kota Tua Jakarta baru menyusul tiga tahun kemudian. Yang jadi soal barangkali luas wilayah. Jika di Jakarta mencapai lahan 846 hektar maka di Semarang sekitar 30 hektar. Jakarta sudah memoles Jalan Pintu Besar Utara dan lantai Taman Fatahillah. Kini penggantian jalan aspal menjadi batu andesit juga sedang dikerjakan di Jalan Poskota hingga ke Jalan Lada.
Kondisi tanah, tampaknya tak jauh berbeda. Muka tanah di kawasan Kota Tua Jakarta makin turun karena kondisi air tanah Jakarta yang makin susut serta kondisi lingkungan yang memang buruk. Kota Lama makin porak poranda karena menjadi langganan banjir rob.
Jika memandang Kota Lama Semarang lebih baik dari Kota Tua Jakarta, bisa jadi karena memang jumlah bangunan tua tak sebanyak di Jakarta, selain itu dari sedikit bangunan kini beberapa pengusaha bertahan dan sudah masuk ke kawasan itu.
Yang pasti, tanpa kemauan yang sungguh kuat dari pemerintah dan dukungan stakeholder, rasanya revitalisasi akan berjalan bak siput merayap.
Penutup
Menampilkan kembali atau mempertahankan ruang kota masa lalu berarti memperhatikan elemen-elemen jalan (street-furniture) dan pembentuk ruangnya, baik tata hijau (soft-landscape) maupun perkerasannya (hard-landscape). Banyak contoh kota di dunia yang sudah membagi area/kawasan mana yang perlu dipreservasi dan mana yang tidak. Ke arah mana preservasi kawasan tersebut berjalan, perangkat apa saja yang dibutuhkan, jadi pelestarian bukanlah ceritera masa lalu, atau upaya untuk mengawetkan suatu kawasan bersejarah, namun lebih ditujukan sebagai alat dalam mengolah transformasi kawasan. Upaya tersebut merupakan langkah yang bertujuan untuk memberikan kualitas kehidupan bagi masyarakat agar lebih baik, dan berdasarkan pada kekuatan-kekuatan aset sejarah lama yang terdapat di kawasannya. Hal ini sebaiknya dititikberatkan pada upaya pemanfaatan yang kreatif melalui pelaksanaan program partisipasi melalui kegiatan ekonomi dan budaya kawasan. Untuk itu, perancangan kota harus menjadi perangkat pengarah dan pengendalian untuk mewujudkan lingkungan binaan yang akomodatif terhadap tuntutan kebutuhan dan fungsi baru. Dengan demikian, tanggung jawab
terhadap pelestarian kota adalah tanggung jawab bersama yang membutuhkan tanggung jawab sektoral, multi dimensi, dan disiplin, serta berkelanjutan (sustainable).
Sumber Acuan
Tjandrasasmita, U. 2000. Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di Indonesia Dari Abad XIII sampai XVIII Masehi, Kudus: Menara Kudus.
Budihardjo, E. 1997. Arsitektur Pembangunan dan Konservasi, Jakarta: Djambatan.
Danisworo, M. 1996. Penataan Kembali Pusat Kota, Suatu Analisis Proses, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, VII (22): 70-76.
Farma, A.S. 2002. Strategi Perancangan dalam Meningkatkan Vitalitas Kawasan Perdagangan Johar Semarang. Tesis, Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota – Bidang Rancang Kota, Bandung: ITB.
Pontoh, N.K. 1992. Preservasi dan Konservasi Suatu Tinjauan Teori perancangan, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, IV (6): 34-39.
Srinivas, H. 1999. Prioritizing Cultural Heritage in the Asia-Pacific Region: Role of City Governments, Urban Heritage and Conservation, pp. 1-4.