pengen tau aja

Jumat, 16 Juli 2010

Idealisme Mahasiswa Tak Tergantikan

Idealisme Mahasiswa Tak Tergantikan

UNTUK meredam gejolak masyarakat akibat kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM, pemerintah memberi bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat (BLT). Rupanya BLT tidak mampu meredam amarah. Demo pun terjadi di mana-mana, terutama yang dilakukan mahasiswa.

Penyerbuan polisi ke kampus Universitas Nasional, Jakarta, menunjukkan bahwa demo terhadap kenaikkan BBM sangat serius. Salah satu cara agar demo yang dilakukan mahasiswa nafasnya tidak panjang, maka pemerintah pun berniat memberi Bantuan Khusus Mahasiswa (BKM). BKM merupakan BLT untuk mahasiswa.

BKM rencananya akan diberikan kepada 400 ribu mahasiswa dengan nilai Rp 500.000 per semester. Rencana ini tentu saja menimbulkan berbagai macam pro dan kontra. Secara politis banyak pimpinan perguruan tinggi mengatakan bahwa upaya ini dilakukan untuk meredam gejolak aksi mahasiswa. Namun bila ditempatkan secara perspektif pendidikan, BKM tak ubahnya seperti beasiswa lainnya.

Menurut Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni ITB Widyo Nugroho Sulasdi, dari total 12 ribu mahasiswa ITB, 5.911 di antaranya telah ter-cover dengan beasiswa yang nilainya mencapai Rp 12,9 miliar pada akhir 2007.

Adanya BKM, bagi Rektor Universitas Padjadjaran Ganjar Kurnia, akan membantu mahasiswa yang tidak mampu. Di universitas yang berada di Jawa Barat itu setiap tahun ada sekitar 12 ribu mahasiswa yang mengajukan penangguhan SPP yang besarmya Rp 600.000.

Universitas Lampung pun sepertinya juga senang dengan adanya BKM. Pihak kampus telah menyiapkan data calon mahasiswa penerima BKM. Di kampus itu dari 24 ribu mahasiswa, 2.600 di antaranya tidak mampu.

Menurut Rektor Universitas Sebelas Maret M Syamsulhadi, BKM sangat mungkin menimbulkan persepsi bahwa hal itu merupakan upaya untuk membungkam aspirasi mahasiswa. Selama ini, mahasiswa yang paling sering berteriak dan memprotes kebijakan pemerintah, terutama kenaikan harga BBM.

Bagi Departemen Pendidikan Nasional sendiri BKM merupakan salah satu upaya untuk memwujudkan Indonesia sebagai bangsa yang cerdas dan unggul. Pada tahun 2025 Depdiknas menargetkan bangsa Indonesia jadi bangsa yang unggul dan cerdas. Tahun 2030, bangsa Indonesia bisa unggul dan mandiri.

BKM merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu. Bila pimpinan perguruan tinggi memandang BKM dengan dua sisi, lain pula pandangan mahasiwa. Banyak aktivis mengatakan bantuan itu diberikan sebagai upaya untuk meredam aksi gejolak mahasiswa. Di Universitas Hasanuddin misalnya, mahasiswa menolak BKM. Di beberapa kampus di Jakarta pun demikian.

Sebenarnya dalam soal beasiswa atau bantuan lain yang diberikan kepada mahasiswa yang mengandung 'unsur-unsur' meredam aksi kritis mahasiswa sudah terjadi sejak lama. Jadi BKM bukan sesuatu yang baru. Dulu ada banyak macam beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa dari pemerintah maupun yayasan yang didirikan oleh pemerintah, misalnya Beasiswa Supersemar. Supersemar dikatakan sebagai upaya untuk membantu mahasiswa yang berprestasi namun tidak mampu.

Dari semuanya banyak mahasiswa yang secara langsung atau tidak langsung, sadar atau tidak sadar, menikmati bantuan dari pemerintah itu yang mungkin tujuannya sama seperti yang diindikasikan oleh para mahasiswa terhadap BKM. Mungkin pemberian beasiswa pada saat tidak terjadi gejolak, tidak ditolak oleh mahasiswa namun justru di-uber-uber.

Ada beberapa hal yang terjadi selama ini dalam hal pemberian beasiswa kepada mahasiswa. Pertama, beasiswa itu sering salah sasaran. Beasiswa yang seharusnya diberikan kepada mahasiwa yang tidak mampu, ternyata juga banyak dinikmati oleh mahasiwa yang mampu.

Banyak mahasiswa sering membuat surat-surat miskin palsu untuk mendapatkan beasiswa itu. Salah satu syarat beasiswa biasanya harus ada surat miskin dan itu biasa sering dipalsukan.

Kedua, selama ini penerima beasiswa adalah para mahasiswa yang bukan aktivis. Mereka adalah para mahasiswa yang tekun belajar di ruang-ruang kuliah, sehingga memiliki indeks prestasi yang tinggi. Dengan indeks yang tinggi mereka sangat mudah memperoleh beasiswa.

Bagi aktivis mahasiswa yang kebanyakan waktunya digunakan untuk diskusi dan demonstrasi, indeks prestasi yang tinggi adalah sesuatu yang susah dicapai. Para aktivis lebih senang turun ke jalan-jalan daripada belajar tekun di ruang-ruang kuliah. Akibatnya tidak hanya indeks prestasinya rendah, bahkan masa kuliahnya pun lama atau gagal.

Ketiga, beasiswa yang selama ini diberikan kepada mahasiswa ternyata tidak mampu menggoyahkan idealisme mereka. Sudah banyak beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa sejak zaman Orde Baru. Namun selama Orde Baru banyak pula gerakan-gerakan mahasiswa yang muncul, misalnya Malari hingga jatuhnya pemerintahan Suharto tahun 1998. Jadi idelaisme mahasiswa adalah sesuatu yang tak tergantikan, bahkan oleh BKM sekalipun. [P1]

Penulis adalah Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Denpasar 1997-1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar